Saturday, September 15, 2012

Asah Asa

To the future, we surrender.

Tak pernah bosan dengar lagu yang satu itu. Mungkin Meng merasakan apa yang saya (kami) rasakan saat ini. Mungkin ia pernah melewati fase ini juga. Mungkin ada hal yang melesakkan hati dan harapannya ke jurang terdalam ketika ia menulis lagu itu dalam guratan nada serta lirik. Mungkin juga tidak terjadi apa-apa.

Tak ada yang perlu ditakutkan dengan masa depan, begitu saya selalu bersugesti. Sungguh tak ada. Masa depan tetap akan terjadi dalam hitungan detik, bahkan ketika rangkaian kata ini belum selesai ditulis. Ia hadir tanpa kau minta. Melesat begitu saja tanpa minta pertimbangan darimu. Senyatanya, ia tak bersinggungan dengan keinginan atau harapanmu.

Maka mengapa saya, kami, kamu, dan dia begitu takut ketika ia bergegas melampaui jejak yang tertoreh? Atau karena ia terburu-buru? Atau karena kita lengah?

Jakarta, le 15 Decembre 2012