Tuesday, February 5, 2013

Tentang Takut


taken from here



"I'm afraid," she admitted, baring what he had known but waiting for her to say.
"How strong you are to reveal that," he praised, "and how lucky i am to be the man you share your fears with."

(Isabel and Gerard in The Stranger I Married by Sylvia Day p.276) 


Lagi lihat-lihat buku di Kinokuniya, menemukan buku ini di bagian "Fiction Highlights", cari resensinya di Goodreads, dan unduh versi gratisnya. Buku apa sih? Ini buku macam 50 Shades of Grey tapi tanpa BSDM dan versi lebih tua. Dirilis pertama kali tahun 2007 dan diterbitkan ulang tahun 2012 dengan sampul baru yang lebih beradab. Haha. Mungkin E. L. James terinspirasi dari buku Sylvia Day ini dan sebaliknya, mungkin peluncuran kembali novel ini terinspirasi dari lakunya 50 Shades. Tapi saya memang tak bakal menilai isinya tapi hanya ingin berbagi nukilan di atas (dan masih ada beberapa nukilan yang bagus sebenarnya). 

Membuka diri pada orang lain itu begitu sulitnya, 'kan? Mengingat pasti ada benteng yang dibangun sendiri agar tak mudah dimasuki orang lain yang tak diperkenankan atau tak dipercaya. Maka mengakui bahwa ada rasa takut bersemayam di dalam diri adalah suatu prestasi besar. Membiarkan orang lain tahu jika ada saatnya kita berada di palung terdalam, hampir putus asa, dan butuh bantuan orang lain. Membuka diri supaya orang lain bisa melihat kita di titik terendah, dipenuhi rasa takut, dan bukan di kala kita sedang berada di posisi yang cukup sehat seperti biasanya mereka saksikan. Butuh kerendahan hati untuk mengakui itu semua pada orang-orang tertentu, orang-orang yang terpilih, dan yang terseleksi secara sadar. Butuh ke-legowo-an, semacam itulah. Butuh persiapan matang dan meluruhkan gengsi, bisa dibilang. Ada upaya lebih yang harus dilakukan, maka benarlah perkataan Gerard pada Isabel, "Betapa kuatnya kamu dapat mengakui jika kamu lemah."

Jakarta, 5 Februari 2013