Friday, May 10, 2013

Soal Sigur Rós di Singapura


Dalam rangka nggak jadi nonton Sigur Rós di Indonesia, maka saya putuskan untuk menyelesaikan tulisan yang nggak pernah kelar sejak enam bulan lalu ini. Sedikit banyak, inilah ceritanya.
  
Setelah segelas bir (mahal) habis, akhirnya mereka muncul juga di panggung. Layar mulai ramai dengan video dan bebunyian dari alat musik gesek bersahutan dengan denting glockenspiel. Teriakan “Cang ci men, cang ci men!” ala bis di Indonesia dan “Please sit down!” pun berganti dengan Icelandic dan Hopelandic dari Jónsi. Seketika kekecewaan nggak jadi foto bersama si vokalis (padahal udah sebelah-sebelahan) pun terobati. Perjalanan resmi dimulai!

Seperti biasanya ketika saya mendengarkan musik-musik Sigur Rós, kali ini mereka juga bawa efek yang sama. Bulu kuduk meremang dan bukannya hilang dan tenang, pikiran makin melantur tak karuan dan berdatangan minta penyelesaian. Di beberapa lagu, efeknya berkali lipat. Bikin pengen nangis dan peluk semua orang yang datang di situ. Hahaha. Duh, lebay ya? Nggak sih. Karena memang itu yang benar-benar saya rasakan ketika menonton mereka dari jarak dekat. Coba kalau punya sayap, kayaknya saya sudah melayang-layang di langit sambil nonton konser ini. Luar biasa. Satu hal dalam bucket list akhirnya bisa saya coret.

Setelah dibuka dengan “Í Gær”, konser malam itu dilanjutkan dengan “Vaka” yang bikin gelisah. Lagu ketiga, “Glósóli”, pun makin megah berkat gesekan (iya, digesek) gitar Jónsi dan hentakan drum Orri yang penuh energi. Keren bangettttt! Dan selanjutnya, hampir tanpa jeda, mereka membawakan “Svefn-g-englar” dari album Ágætis byrjun, “Sæglópur” yang intronya enak banget, dan “Fljótavik”, salah satu lagu kesayangan saya. Uyeah! Selama konser, kami sudah nggak bisa komentar apa-apa lagi, cuma bisa bengong, takjub, dan sesekali teriak-teriak “Oh My God” atau “Oh, Tuhan!”. Benar-benar membius! Apalagi Jónsi benar-benar nggak ngomong sepatah kata pun di pergantian lagu. Mereka nggak ngasih kesempatan untuk sebentar saja ke menapak ke tanah, sebaliknya malah terus-terusan menghujani kami dengan lagu-lagu indah itu. Semacamnya mereka pengen bilang, “Nih, rasain! Let your vein and spine absorb it all.”


Lumayan enak posisi nontonnya. :D

KLB: Konser Luar Biasa!

Akhirnya, di tengah-tengah intro yang sangat lekat di telinga, si mas vokalis baru deh bilang terima kasih pada penonton yang sudah datang. Lalu mengalunlah “Hoppippolla” yang diiringi teriakan penonton pas Hoppippolla-nya doang dan seperti biasa, disambung dengan “Með “Blóðnasir. Pas dua lagu ini, grafis yang ditayangkan di backdrop-nya bagus banget! Apalagi pas bagian Jónsi ngajak penonton nyanyi. Super! Lanjut lagi, mereka bawakan “Olsen Olsen” yang diiringi suara oboe yang menenangkan. Makinlah kami membayangkan nonton mereka di Islandia sana, macamnya di Heima itu. Ketenangan pecah ketika “Festival” memasuki bagian refrain. Bising banget, tapi bising yang merdu! Halah. Setelah berasyik-masyuk di masa lalu, inilah saatnya mereka bawakan lagu-lagu dari album Valtari. Yang dibawakan pertama adalah “Varúð” yang diiringi gerimis manis. Setelah penutup yang heboh, Jonsi bilang terima kasih lagi sambil memperkenalkan lagu terakhir. Lagu ini adalah lagu terbaru mereka dari album yang akan datang, “Brennisteinn” dari Kveikur.

Meski Sigur Rós telah mencukupkan konser itu tapi penonton bilang belum cukup dong pastinya. Masih pengen pada orgasm dan eargasm kayaknya. Maka diberilah kami dua lagu lagi: “Ekki Múkk” yang disajikan lengkap dengan video klipnya dan Untitled 8 atau “Popplagið”. Dan di dua lagu terakhir itulah hujan turun. Bukan gerimis manis, tapi hujan lumayan deras  dan makin deras yang bikin semua penonton malah teriak dan tepuk tangan kegirangan. MAGICAL!

Meski kuyup tapi semua pulang dengan keadaan berbahagia. Ada beberapa lagu kesukaan yang nggak dibawakan sih, macamnya “All Alright”. Tapi udahlah, memang nggak bisa protes apapun karena konsernya menyenangkan sekali. Brass dan string section-nya juga bagus! Bikin pertunjukan makin megah, nyesss, dan ramai.

Jarang inget maksud atau arti lagunya sih, tapi tetap saja mampu bikin suara tercekat, pikiran ngalor-ngidul-sekaligus-kosong, mata merem melek biar air mata yang jatuh nggak terlalu banyak, deg-degan, menggigil karena keujanan, semuanya campur aduk. Sampai sekarang, masih suka girang dan merinding sendiri kalau ingat konser itu. Soalnya belum nonton Coldplay. Hahaha.

Konser November 2012 di Fort Canning Park itu pun berasa seperti di Indonesia, dengan cuaca yang adem dan yang datang pun mungkin tujuh puluh persennya adalah orang Indonesia. Hahaha. Jadi, kalau ada yang mau nonton hari ini di Tennis Indoor Senayan, silakan menikmati sepenuh hati!


Fotonya diambil dari sini. (1) Sebelum konser mulai. (2) Hujan di pengujung. (3) Takk!


Takk, Sigur Rós!

*Fotonya hanya pakai kamera ponsel yang seadanya karena kami nggak ada yang bawa kamera beneran. :p




Jakarta, le 10 Mai 2013

Wednesday, May 1, 2013

Koleksi KARE


Sekitar sebelas bulan lalu, saya mulai foto untuk rubrik home and living di tempat ini dan berkenalan dengan creative director-nya yang baik hati (in case, he eventually reads this post. :p). Dengan senang hati, ia mengantar saya berkeliling untuk melihat koleksi terbaru mereka dan memberi saran tentang barang-barang yang bisa difoto sesuai tema bulan itu. Dan usai pemotretan pertama itu, saya jadi pengunjung tetap tenant mereka yang berada di Senayan City lantai 6. Tak hanya sekali dalam sebulan, bahkan mungkin dua hingga tiga kali. Dan tidak pernah membeli apapun, hanya survei atau foto produk saja, meski ngiler setengah mati dengan beberapa barang mereka. Not to mention, one comfy beige couch worth Rp100 million. #pengsan

KARE, gerai pamer interior yang satu ini, adalah waralaba dari Jerman dan tersebar di banyak negara, seperti Australia, Mesir, Prancis, Austria, Cina, Rusia, dan lain-lain. Di Indonesia ini, KARE ada di Jakarta dan Surabaya dan toko pertamanya di Senayan City sudah berdiri sejak Juli 2011. Selain di Senayan City, mereka juga punya spot jualan di Lippo Kemang.

Boleh dibilang, KARE ini salah satu tempat favorit saya untuk keliling-keliling cari produk yang bisa difoto. Karena koleksi mereka cukup bervariasi dan penuh warna, seperti yang dicari oleh majalah tempat saya bekerja. Meski beberapa bulan terakhir juga ada koleksi yang didominasi warna putih dan perak tapi yang warna-warni juga tetap banyak. Bikin ceria! Halah. Selain warna-warna ceria, mereka juga tetap punya tone warna dan tema sendiri untuk masing-masing “ruangan” yang dipamerkan. Misalnya, bertema jeans, warna putih, hitam, rustic, atau terbuat dari material kulit. Tema yang diambil contohnya adalah tema Inggris, seperti yang penah saya perlihatkan gambarnya di sini. Buat ukuran Indonesia, padu padannya memang cukup berani sih. Oh ya, barang-barang yang dijual pun unik. Ada celengan berbentuk kamera Polaroid, lukisan retro, meja dengan banyak laci, dan rak bunga-bunga yang saya pengen banget! Hahaha. Tapi satu kekurangannya, harganya cukup mahal. Pricey! Yang paling murah adalah bebek karet warna kuning yang dijual Rp30.000,-. Hahaha

Suka sekali sofa dari bahan denim ini.


Motif peranakan yang meriah

Nah, kalau di Senayan City biasanya tercium wangi campuran jejahean dan bunga-bungaan, aroma tersebut akan makin tajam kalau masuk KARE. Buat saya, wanginya khas dan jadi identitas sendiri. Saya pernah berada di suatu tempat yang punya aroma seperti itu dan secara tak sadar, si otak ini langsung memetakan penataan tempat furnitur itu. Idih! 

Foto sama om penjaga KARE (foto oleh Yudi)

Jakarta, le 1 Mai 2013

Maafkan ya foto-fotonya begini amat. :p