Boleh jujur? Saya, seperti orang lain, sejujurnya tidak suka
ketika ditanya mengenai pekerjaan. Ya saya tahu, dengan jelas dan sadar, bahwa
saya sudah lulus, punya ijazah, dan harusnya sudah bekerja. Tapi ya sudahlah,
tidak usah diperpanjang, yang penting saya nyatanya bekerja, walaupun “pseudo”.
Hahaha.
Intinya gini deh, sejak Oktober lalu dan sampai saat ini,
saya punya pekerjaan. Dan tidak sepenuhnya minta uang dari Yang Mulia Kanjeng
Ibu untuk beli sepasang, dua pasang sepatu. Habis perkara.
***
Tiga bulan ini, saya mengerjakan pekerjaan yang satu, sempat
terdampar di pekerjaan kedua selama dua minggu, dan kemudian ada satu pekerjaan
kecil di bulan terakhir. Hampir semuanya hal yang baru bagi saya, walaupun yang
dua tidak terlalu jauh dari bidang yang saya pelajari sejak enam tahun lampau.
*krik krik, lama ajah. *
Saya tidak bisa bilang semuanya seratus persen menyenangkan.
Kadang membosankan dan justru terasa menjadi beban, ketika saya menjalaninya.
Tapi, heii, itulah pekerjaan kan? Kalau terus-terusan menyenangkan, itu mungkin
namanya hobi. Dan yang paling penting, saya belajar banyak dari
pekerjaan-pekerjaan itu. Punya teman baru dan beberapa perspektif tambahan
tentang bagaimana hidup ini harus dijalani. Deuh.
Yang satu mengantarkan saya untuk lebih peka terhadap
perasaan sendiri, perasaan perempuan. Tahu apa yang sebenarnya perempuan mau.
Tapi juga menyuntikkan ide-ide (tidak) segar bahwa perempuan itu bisa melakukan
hal-hal baik dan tidak selamanya berpikir hanya tentang percintaan. Kamana
atuh galau?!
Yang kedua mengantarkan saya untuk menyadari satu keburukan
dan sejuta kebaikan dari belajar di (mantan) kampus saya yang berada di kaki
Gunung Manglayang. Percayalah atas tempaan-tempaan yang pernah kita dapat, itu
semua berguna di masa depan. Terutama di bagian “begadang” dan “pekerja yang
mau disuruh-suruh”. Haha. Good news? Or even bad news?
Dari situ pula, saya menjadi sedikit tahu tentang dunia
freelance. Sesuatu yang sebenarnya sangat saya takuti, ketika saya hanya
bekerja dalam waktu yang singkat dan penuh dengan ketidakpastian. Ketika kamu
memang hanya bisa mengandalkan diri sendiri, tanpa orang lain sama sekali.
Simpulan yang mungkin salah.
Dan yang ketiga pernah mengantarkan saya berkeliling Asia-Afrika
di suatu ruangan yang sesak dengan tarian dan lagu-lagu khas masing-masing
daerah. Menyadarkan bahwa saya, kami, hanyalah setitik kecil organisme yang
mungkin tidak ada gunanya di antara 7 miliar manusia yang kini menghuni dunia. Eh,
tapi dari saya dan kami yang kecil itu mungkin bisa melakukan sesuatu yang
berguna nantinya. Entah untuk saya sendiri, kami, atau bahkan untuk skala yang
lebih luas.
Dari pekerjaan nomor tiga yang (sangat) singkat itu, saya
tahu saya harus pergi dari sini. Kapan ya? Tahun depan yuk, temans. :D
Bandung, 30 Decembre 2011
No comments:
Post a Comment