Seorang teman, yang saya kenal di CCF, menikah sebulan lalu. Tepatnya 11 April 2010. Setelah petualangan yang kesana-kemari dan putus-sambung, akhirnya ia menikah dengan sahabatnya sejak SMP. Gembiranya terpancar, tersenyum sumringah yang sepertinya tidak dibuat-buat. Dengan kebahagiaannya, ia tidak tampak lelah. Padahal seperti tidak habis-habis undangan yang datang dan bersalaman dengannya. Kedua sahabat itu benar-benar menikmati pernikahan-persahabatan mereka.
Teman saya, sang mempelai wanita, wujudkan mimpinya, berada di pelaminan dengan gaun yang layaknya digunakan putri-putri di negeri dongeng. Berwarna lembut dan mengembang di bagian bawahnya. Seperti ada kurungan ayam sebagai rangkanya. Ia pernah bercerita, di kamarnya ada koleksi Barbie yang cukup lengkap. Tentu saja, dilengkapi rumah-rumahan dan printil-printil lainnya yang bernuansa Barbie.
Dan yang paling saya kagum dari pernikahan tadi adalah cenderamata pernikahan mereka. Mereka siapkan beribu benih pohon buah-buahan. Undangan bisa memilih buah apa yang mereka ingin. Pilihannya ada jeruk, mangga, rambutan, jambu, dan beberapa macam lagi. Saya pilih jambu untuk me-recall memori tentang pohon jambu yang ada di depan rumah masa kecil saya. Walaupun saya belum tahu pasti akan ditanam dimana bibit pohon itu. Tapi mereka sudah mengingatkan kami, para undangan, untuk berterima kasih pada bumi, dengan menanam pohon.
Berbagai hal bersimpangan di pikir saya. Jangan-jangan karena sang mempelai pria, kakak kelas saya semasa SMA, bekerja di Kalimantan. Jangan-jangan karena sang ayah mempelai wanita adalah wakil kepala Polda di Kalimantan? Hahahaha. Apa juga bisa jadi alasannya. Yang terpenting mereka ingatkan saya untuk berbuat baik di hari pernikahan saya nanti. Salah satunya dengan pemilihan souvenir yang diberikan pada para undangan.
Ada dua hal yang terlintas di kepala saya ketika memikirkan hal cenderamata ini. Yang pertama, tentu saja, bibit pohon. Seperti yang teman saya telah lakukan. Tapi mungkin saya harus menabung sangat banyak sejak sekarang. Mengingat kau tidak bisa beli bibit pohon hanya dengan Rp 5.000,00. Jikapun tidak pohon, Sansievera sepertinya masuk akal. Tapi sepertinya lebih mahal. Mari saja berdoa saya punya penghasilan yang cukup baik sehingga bisa beri souvenir idaman saya itu.
Selain tetumbuhan, pilihan lainnya adalah tas kain. Bisa dari kanvas atau kain apapun. Apa pula guna tas ini? Simple saja. Reducing plastic bag. Jadi pasti sudah bisa ditebak, saya inginkan banyak orang, terutama teman-teman saya, bawa tas itu kemana mereka pergi. Jika akan beli sesuatu, misalnya dalam jumlah yang melebihi kapasitas tangan, maka gunakan tas kain itu untuk bawa hasil belanja.
Tren Go Green? Sebenarnya tidak. Sudah sejak dulu, Eyang saya ajarkan untuk membawa keranjang belanjaan jika pergi ke pasar. Keranjang merah, biru, atau hijau yang seperti di Supermarket itu. Tapi jikapun itu tren, tentu tidak masalah. Sepanjang itu baik. Begitu bukan? Bukan begitu?
*Selamat menikah Rahma Charliyan dan Dery Partoni. Semoga berbahagia dan bijaksana menjalani hidup. Terima kasih atas pepohonnya. J
edited: Le 28 Mai 2010
dyaaaah, cenderamata bibit pohon! baguuussss. aku mau juga, ah :p *ngikutin, gak kreatif, biarin :p bagus ya, gak kepikiran.
ReplyDeleteitu purely ide nyokap cherie.. she works di departemen kehutanan dan perkebunan. terjawab sudah penasaran lo kan.hehe.
ReplyDeletebahahaha.. kenapa lo tiba2 ngomen cherieeee?!
ReplyDeleteterimakasih penjelasannya..
but that was really great idea..
thank you ya cherie.. :D :D :D
rahmaaaaa..
ReplyDeletegw ga dapet souvenirnya. :(
mau dong dikirimin bibit pohon.
nanti gw sama wirya nanem pohon bareng. :D
eh skrng di bdg pasangan yg nikah harus nanemm 1 pohon kan ya?