Saya ingat ketika itu Goenawan Mohammad menulis tentang seorang perempuan Malaysia yang ingin memeluk agama Hindu, tapi lahir dari ayah beragama Islam. Ia memberi judul "Murtad" pada kolom tetapnya di MBM Tempo. Ia berkeyakinan bahwa seseorang tidak boleh dihalangi untuk menganut agama-agama manapun yang menjadi keyakinannya. Semua tentu setuju, 'kan?
Lalu, di satu paragraf, ia menulis begini:
Minggu (25/7), saya bangun agak siang, kemudian cek linimasa dan dari situ saya tahu kalau ada pengeboman di sebuah gereja di Kepunton, Solo. Pengeboman terjadi ketika gereja sedang ramai karena umat Kristiani sedang menjalankan ibadahnya. Dhuaarrr dan bom itu menewaskan si pembawa bom. Korban lain adalah puluhan jemaat gereja yang mengalami luka-luka.
Sebal sekali tentu mendengar berita seperti itu. Di Indonesia, bom yang sengaja diledakkan di rumah ibadah memang bukan yang pertama kali. Sudah terjadi beberapa kali dan kerap kali yang diserang adalah tempat ibadah umat Kristiani. Sampai sekarang, argumen yang paling sering digunakan oleh para pengebom adalah jihad. Dan sampai saat ini, saya masih tidak mengerti dimana letak jihad ketika itu melukai orang yang sedang beribadah? Apapun namanya, tentu menyakiti orang adalah salah bukan? Menyakiti hati misalnya. Haha. Gini deh, orang yang melindungi diri saja tetap mendapatkan hukuman ketika ia melukai orang lain yang menyerangnya.
Lalu, di satu paragraf, ia menulis begini:
Ah, saya memang bukan ahli agama. Tapi kalimat itu yang betul-betul ingin saya sampaikan pada orang-orang mengenai agama saya. Saya tahu ini mungkin bukan masalah besar, membahas-bahas agama. Tapi bagi beberapa atau, mungkin, banyak orang, hal ini menjadi begitu penting.
Memang harus saya katakan, saya memilih tetap dalam agama saya sekarang bukan karena saya anggap agama itu paling bagus. Saya tak berpindah ke agama lain karena saya tau dalam agama saya ada kebaikan seperti dalam agama lain, dan dalam agama lain ada keburukan yang ada dalam agama saya.(Mohammad, 2007)
Minggu (25/7), saya bangun agak siang, kemudian cek linimasa dan dari situ saya tahu kalau ada pengeboman di sebuah gereja di Kepunton, Solo. Pengeboman terjadi ketika gereja sedang ramai karena umat Kristiani sedang menjalankan ibadahnya. Dhuaarrr dan bom itu menewaskan si pembawa bom. Korban lain adalah puluhan jemaat gereja yang mengalami luka-luka.
Sebal sekali tentu mendengar berita seperti itu. Di Indonesia, bom yang sengaja diledakkan di rumah ibadah memang bukan yang pertama kali. Sudah terjadi beberapa kali dan kerap kali yang diserang adalah tempat ibadah umat Kristiani. Sampai sekarang, argumen yang paling sering digunakan oleh para pengebom adalah jihad. Dan sampai saat ini, saya masih tidak mengerti dimana letak jihad ketika itu melukai orang yang sedang beribadah? Apapun namanya, tentu menyakiti orang adalah salah bukan? Menyakiti hati misalnya. Haha. Gini deh, orang yang melindungi diri saja tetap mendapatkan hukuman ketika ia melukai orang lain yang menyerangnya.