Monday, October 3, 2011

Bahagia Dua


In previous post, I quoted a quote from Kung Fu Panda 2. Then she asked me how I defined happiness. Oh dear, this could be my second post about happiness, but still, I do not know about it, am not a master in that field. I just knew, since a long time, that happiness is a state of mind. Simple yet so complicated. Kadangkala, sesuatu yang sederhana itu malah bisa terlalu rumit. 

Seorang teman pernah berkicau melalui akun Twitter-nya. Ia bilang, saat hidup semakin rumit dan kompleks, kebahagiaan datang dalam bentuk yang semakin sederhana. Pernyataan yang membahagiakan, bagi saya. Bayangkan saja, betapa orang yang setelah dioperasi, akan begitu bahagia ketika ia berhasil kentut, yang kadang membuat orang lain tidak bahagia. Atau betapa orang yang sedang kangen setengah mati, akan bahagia ketika sekedar dikirimi pesan singkat atau mention melalui Twitter. Ketika sedang lapar berat, lalu menemukan makanan. Sesederhana itu mungkin. Tapi ya bukan berarti harus membuat hidup serumit itu untuk meraih bahagia. 

Ada beberapa waktu yang membuat saya begitu bahagia, begitu bungah dan kadang saya terlambat menyadarinya. Setelah lewat masa, baru saya sadar bahwa saya bahagia dengan momen yang telah lalu itu. Bahagia dan bukan sekedar senang. Salah satunya adalah ketika berkumpul dengan kawan-kawan saya. Sekedar ngobrol –ngobrol santai, dengan berbagai macam cemilan dan minuman dingin. Dengan celetukan-celetukan nggak penting yang kocak hingga mata ingin terpejam tapi masih saja ingin saling mengomentari di ruangan yang sesak dengan asap rokok. Tidak melulu harus berlibur di tempat yang jauh, resor yang mewah, dan dengan makanan yang mahal. 

Atau ketika melihat wajah teman-teman saya ketika saya berdiri untuk dua yudisium kemarin itu. Di tengah degup jantung yang berdetak terlalu cepat dan tidak bisa saya kendalikan, saya merasa bahagia bahwa ada wajah-wajah yang saya kenal di ruangan itu. Raut mereka yang ceria, beberapa juga ikut panik, membuat saya yakin bahwa apapun hasilnya saat itu, saya tidak akan limbung sendirian. Kebahagiaan muncul di kali lain, melihat polah sepupu kecil yang bisa berhenti dari nangisnya karena sepotong semangka. Atau dibawakan makanan kegemaran oleh Ibu, ketika saya tidak memesannya. 

Berapa kali kita merasa senang dalam hidup? Dan berapa kali pula kita merasa bahagia sepanjang perjalanan hidup yang tidak terlalu singkat ini? Dicari ke tempat yang paling jauh di ujung dunia pun, bahagia adalah sangat lekat dan dekat, bukan? It’s all about a state of mind and how you manage your feeling, if I can conclude it. Is it? Kadangkala, mungkin manusia perlu sesuatu yang menantang sehingga apapun dibikin rumit dan banyak ‘tapi’. Pun demikian dengan bahagia, ia butuh berapa banyak penyangkalan dan menuntut yang lebih dari yang didapatnya. Padahal sejatinya, si bahagia itu sudah ada sejak awal ketika ia mendapatkan sesuatu itu.

Ah, mari banyak-banyak bersyukur saja. :D

Oh iya, previous post about happiness-nya ada di sini.:D

No comments:

Post a Comment