In previous post, I
quoted a quote from Kung Fu Panda 2. Then she asked me how I defined happiness.
Oh dear, this could be my second post about happiness, but still, I do not know
about it, am not a master in that field. I just knew, since a long time, that
happiness is a state of mind. Simple yet so complicated. Kadangkala,
sesuatu yang sederhana itu malah bisa terlalu rumit.
Seorang teman pernah berkicau melalui akun Twitter-nya. Ia bilang,
saat hidup semakin rumit dan kompleks, kebahagiaan datang dalam bentuk yang
semakin sederhana. Pernyataan yang membahagiakan, bagi saya. Bayangkan saja,
betapa orang yang setelah dioperasi, akan begitu bahagia ketika ia berhasil
kentut, yang kadang membuat orang lain tidak bahagia. Atau betapa orang yang
sedang kangen setengah mati, akan bahagia ketika sekedar dikirimi pesan singkat
atau mention melalui Twitter. Ketika sedang lapar berat, lalu menemukan makanan. Sesederhana itu mungkin. Tapi ya bukan berarti harus
membuat hidup serumit itu untuk meraih bahagia.
Ada beberapa waktu yang membuat saya begitu bahagia, begitu
bungah dan kadang saya terlambat menyadarinya. Setelah lewat masa, baru saya
sadar bahwa saya bahagia dengan momen yang telah lalu itu. Bahagia dan bukan
sekedar senang. Salah satunya adalah ketika berkumpul dengan kawan-kawan saya.
Sekedar ngobrol –ngobrol santai, dengan berbagai macam cemilan dan minuman
dingin. Dengan celetukan-celetukan nggak penting yang kocak hingga mata ingin
terpejam tapi masih saja ingin saling mengomentari di ruangan yang sesak dengan
asap rokok. Tidak melulu harus berlibur di tempat yang jauh, resor yang mewah,
dan dengan makanan yang mahal.
Atau ketika melihat wajah teman-teman saya ketika saya
berdiri untuk dua yudisium kemarin itu. Di tengah degup jantung yang berdetak
terlalu cepat dan tidak bisa saya kendalikan, saya merasa bahagia bahwa ada
wajah-wajah yang saya kenal di ruangan itu. Raut mereka yang ceria, beberapa
juga ikut panik, membuat saya yakin bahwa apapun hasilnya saat itu, saya tidak
akan limbung sendirian. Kebahagiaan muncul di kali lain, melihat polah sepupu
kecil yang bisa berhenti dari nangisnya karena sepotong semangka. Atau
dibawakan makanan kegemaran oleh Ibu, ketika saya tidak memesannya.
Berapa kali kita merasa senang dalam hidup? Dan berapa kali
pula kita merasa bahagia sepanjang perjalanan hidup yang tidak terlalu singkat
ini? Dicari ke tempat yang paling jauh di ujung dunia pun, bahagia adalah
sangat lekat dan dekat, bukan? It’s all about a state of mind and how you
manage your feeling, if I can conclude it. Is it? Kadangkala, mungkin manusia
perlu sesuatu yang menantang sehingga apapun dibikin rumit dan banyak ‘tapi’. Pun
demikian dengan bahagia, ia butuh berapa banyak penyangkalan dan menuntut yang
lebih dari yang didapatnya. Padahal sejatinya, si bahagia itu sudah ada sejak
awal ketika ia mendapatkan sesuatu itu.
Ah, mari banyak-banyak bersyukur saja. :D
Oh iya, previous post about happiness-nya ada di sini.:D
No comments:
Post a Comment