“Liburan” kemarin itu sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh
hari. Tentu saja, karena telah didahului dengan bikin paspor dan beli tiket dan
ini dan itu. Saya bersemangat sekali dengan liburan kali ini. Apa pasal? Yang
pertama, GONG, ini perjalanan perdana saya ke luar Indonesia. Yang kedua,
karena berniat melakukan haji kecil: menonton Sigur Ros dari dekat.
Sejak tahun lalu, saya punya resolusi – kalau bisa dibilang
begitu- untuk dua hal. Salah satunya, yaitu melancong ke luar negeri dan baru terlaksana
tahun ini. Cupu sih, ya, umur segini
baru bikin paspor dan baru sekali ke luar negeri padahal katanya sudah
globalisasi. Haha. Malu sama bocah piyik yang masih merah dan dibawa ibunya ke
kantor imigrasi untuk foto paspor. Bikin “surat izin” sendiri, tanpa calo, dan
tak sampai lima jam di kantor itu. Beberapa hari kemudian kembali lagi untuk
ambil paspor yang sudah jadi. Serba praktis. Setelah paspor di tangan, urusan
pertiketan pun sudah ada yang urus. Yes!
Perjalanan pertama ini dekat saja, bukan ke Islandia, tempat
asal Bang Jonsi dan kawan-kawannya. Cukup terbang 1 jam 45 menit ke negara
tetangga yang kecil mungil itu. Bagi yang ingin dan tak sempat ke sana minggu
lalu, silakan menunggu sampai pertengahan tahun ini. Gosipnya, mereka akan
bertandang ke Indonesia *bersorak*. Selain menonton konser Sigur Ros yang
amatlah epik itu, tentu pun saya menyempatkan berkeliling Singapura dengan
beberapa alternatif: jalan kaki, naik MRT, dan naik bis. Sayangnya, tak sempat
naik taksi. Menyenangkan! Trotoar lebar dan transportasi yang memadai serta
nyaman bikin berkelana di Negeri Singa itu makin mudah. Ibaratnya, dilepas sendiri
di sana pun pasti nggak bakal stres.
Menginap di mana? Mungkin itu pertanyaan yang bakal sering
diajukan. Saya menginap di hostel dan ini jadi sorotan selama liburan kemarin,
selain konser Sigur Ros tentunya. Hostel seharga S$28 semalam itu cukup nyaman:
dorm berisi empat kasur bertingkat;
wi-fi gratis sepanjang hari; pasokan kopi, teh, dan coklat tak terbatas; kebersihan
yang terjaga; kamar mandi dengan air panas; dan mudah diakses dengan sarana
transportasi apapun.
Kejadian yang tak terduga, kocak, plus awkward terjadi di
hari kedua kami menginap. Kenapa pula? Karena di seberang ranjang saya ada
orang yang melakukan hubungan seks. Iya, making love as in intercourse or
bercinta, apalah itu, you name it! Haha. Saya dan si partner liburan belum bisa tidur ketika si dua orang ini datang dan
memuaskan nafsunya di ranjang hostel. Jadinya harus nahan diri supaya nggak ngakak
atau berdeham karena tak nyaman. Harusnya sih bisa ditegur atau bilang ke
penjaga hostelnya, ya? Tapi malah jadi kami yang malu. Oh! Masih nggak habis
pikir sih, mengapa si bule itu bisa-bisanya bawa PSK ke hostel dan making love
di dalam dorm. Kasihan abang yang sudah tertidur kelelahan di ranjang
bagian bawahnya. Kalau tak mampu sewa hotel, ya, bolehlah di taman atau di
kamar mandi hostel saja. Jangan di kamar hostelnya yang tempat orang
beristirahat dan di waktu orang beristirahat. Cideuk! Hahaha.Ini memang no picture, tapi tak hoax kok!
Ingin cerita tentang konsernya tapi sepertinya tidak
sekarang. Semoga masih ada yang mau baca nanti, ya. Haha.
Bandung, le 1 Decembre 2012
anjis, :)).
ReplyDeleteSebentar, jadi yg kopulasi bukan di kamar sebelah, tapi sekamar? :O
ReplyDeleteIyaaaaa, depan bunkbed aku.
ReplyDeleteKalau mau nginep di hostel, jaga-jaga aja. Soalnya nggak bisa ditebak. Haha.
Oh, ini yang diceritain Flowi. Hahaha! Goblos :))
ReplyDeleteMwahahaahahaha, jangan kayak gitu, ya, kalo nginep di dorm, Da! :)))
ReplyDelete