Mleduk! |
Di masa anjungan tunai mandiri (ATM) sedang ramai-ramainya,
seorang perempuan melakukan transaksi. Satu menit, dua menit, saya tergelitik
untuk mengintip. Oh, ternyata sedang transfer, pantas lama. Bukti transaksi
sudah tercetak dan dia masih menghadap mesin ATM itu. Oh, mungkin akan
mengambil uang, pikir saya. Satu menit, dua menit, ia tak segera beranjak,
tangannya masih sibuk memencet-mencet tombol di mesin itu. Ternyata, ia
mengirim uang untuk kedua kalinya. Sigh.
Padahal antrian makin mengular, tak hanya saya yang berdiri menunggu di
belakangnya.
Di hari setelahnya, saya berencana kembali mengambil uang
(boros!). Sialnya, itu adalah jam makan siang yang ramai. Tapi ya, apa boleh
buat, saya butuh uang untuk juga makan siang. Di depan saya, seorang perempuan
sedang melakukan transaksi. Hingga mesin mengeluarkan bebunyian, ia tak kunjung
mengambil kartunya. Padahal di menu penarikan cepat, kartu harus ditarik dulu,
baru mesin itu dengan senang hati akan menyerahkan sejumlah uang seperti yang
Anda kehendaki. Ia panik. Saya salah karena tak beri ia petunjuk apa-apa sebab
seharusnya di layar ATM akan tertulis peringatan untuk mengambil kartu. Ia akhirnya
bertanya pada satpam dan dijawab, “Ambil dulu kartunya, Mbak.” Ia malu, ambil
kartu, dan ambil uang. Sejeda dua hingga tiga puluh detik, ia tak beranjak
padahal transaksinya telah selesai. “Mbak, sudah selesai, ya?” ujar saya yang
sudah mau pingsan kelaparan. “Belum, satu lagi,” balas perempuan itu. Rupanya
ia masih sibuk dengan dompetnya, merapikan uang yang telah diambilnya, dan
mencari-cari kartu ATM lainnya. Lalu, ia sepertinya hanya mengecek saldo (yang
ini bukan mengintip, tapi memang tak ada bukti transaksi yang keluar) dan baru
selesai setelah di belakang saya ada sekitar empat atau lima orang yang juga
mengantri. Padahal, ketika saya berada di belakangnya, hanya ada dua orang yang
mengantri.
Di kantor saya, ada berbagai mesin ATM dari bermacam-macam
bank, yang paling banyak adalah milik Bank Central Asia. Ada dua di depan
kantor cabang bank tersebut dan dua mesin di depan, dekat pintu keluar gedung. Dari
dua mesin di depan itu, salah satunya adalah mesin nontunai. Jelas ada sebabnya
mesin itu diletakkan di sana, kan?
Atau memang tak berasa ketika orang lain yang mengantrinya semakin banyak? Atau
memang tak peduli?
Zzz.
Jakarta, le 4 Mars 2013
ya udah jangan banyak zzz lah, ambil duit yang banyak traktir saya minggu depan di Langsat, bhihik.
ReplyDelete