Monday, July 22, 2013

Keluh Kesah

Kamis lalu, setelah bergulat dengan macet yang menyesakkan dada pas pergi ke tempat liputan, saya memutuskan untuk bertemu seorang teman sebelum pulang ke kosan. Teman lama yang sudah tua. Hahaha. *dikeplak* Dia tinggal di Bogor dan tak setiap hari datang ke Jakarta. Pekerjaannya sebagai pekerja lepas di sebuah media bertema teknologi bikin dia lebih pilih ngendon sendirian di rumah. Sebelumnya, kami sempat janjian untuk bertemu karena saya berniat mengembalikan barang yang saya pinjam berbulan-bulan lalu. Tapi sulit sekali rupanya mencocokkan jadwal kuli-kuli ini. Beberapa kali janjian tapi tak pernah terlaksana.

Seperti jamaknya pertemuan-pertemuan sebelumnya, kami berbagi informasi tentang gadget. Dia memang punya ketertarikan tersendiri pada benda-benda seperti itu, geek, sedangkan saya juga menulis tentang gadget, suka pada benda-benda mahal itu, tapi gaptek. Hahahahaha. Pembicaraan berlanjut ke hal yang lebih serius. Tentang keinginan-keinginan membeli gadget tapi alokasi dana terlalu terbatas. Maka obrolan malam itu berujung pada ketidakpuasan kami dengan upah dan kerja yang didapat. Ya, namanya juga anak muda. Haha. 

Saya ingat nyeletuk, "Aduh, maaf ya, aku ngeluh terus." Lalu dia jawab dengan enteng, "Ya, nggak apa-apalah sekali-sekali ngeluh, nggak bayar ini kan?" Dan saya senang karena dia bilang begitu.

Selama ini, saya berusaha tak mengeluh, jikapun berkeluh-kesah, dalam hati saja. Tak usah diungkapkan. Meski kadang berhasil, kadang juga tidak, karena godaan untuk melakukannya terlalu besar. Kerjaan yang nggak selesai-selesai, teman-teman yang menjengkelkan, cucian yang nggak kering-kering, ibu yang susah diajak bicara, sepatu yang rusak, dan lain-lainnya. Banyak banget hal yang bisa bikin saya mengeluh setiap hari! Namun, dengan disertai akal jernih, saya sebisa mungkin menyimpan keluhan itu dalam hati. Kalau sudah tak tahan, teman-teman dekat bakal jadi tempat sampah untuk menampung ocehan-ocehan itu. Tak jarang, yang terjadi juga sebaliknya. Saya mengeluh dalam hati, mereka mengungkapkan keluhannya dan saya langsung bersyukur karena hidup saya tak seribet mereka. Lagipula, terlalu sering mengeluh juga menurut saya nggak asyik karena bikin orang lain terinfeksi, buang tenaga, dan bikin nggak semangat.

Tapi malam itu lain, seorang teman malah mengingatkan kalau kita boleh mengeluh dan berbagi kekhawatiran. Sedikit saja, sekali-sekali saja. Halal. Gratis pula. Siapa tahu malah bebannya sedikit berkurang. Dan lalu saya sambut ungkapannya, "That's why i need to talk to you and the other friends sometimes." Bagaimanapun, saya memang punya kebutuhan untuk bertemu dengan salah satu dari mereka untuk tetap waras. Dan lalu ia balas, "Yaelah, kayak baru kenal kemarin deh."

Lalu dua orang teman lainnya menyusul dan mereka bikin hari saya tambah menyenangkan. ;)


Bandung, le 21 Juillet 2013

1 comment: