Happiness |
Suatu hari, saya duduk di sebuah bis kota yang akan mengantarkan saya ke rumah saudara. Di tengah jalan, saya melihat seorang ayah mengobrol sambil menggandeng anak laki-lakinya untuk menonton pertandingan bola di Senayan. Kali lain, saya berjalan di sebuah trotoar yang penuh sesak dengan pedagang. Di depan saya, seorang kakek menolong istrinya untuk turun dari mobil.
Lalu, pernah juga menjelang liputan, saya belum sempat makan siang tapi masih terjebak di taksi. Supirnya lalu minta izin untuk mengangkat telepon. Curi dengar dong pasti! Percakapannya singkat saja, sepertinya orang di seberang telepon mengingatkannya untuk makan siang. Dijawab bapak itu dengan, "Iya, setelah ini makan siang, sekarang sedang ada penumpang. Kamu makan apa?" Rupanya, sang cucu yang telepon dan "memerintah" kakeknya untuk makan siang.
Hal-hal kecil tersebut tak terasa bikin senyum saya terkembang. Hati lalu merasa hangat dan bikin mikir, kalau selalu saja ada hal yang bakal membuat hari indah. Seburuk apapun hari itu. Tanpa bermaksud sok positif atau terlalu optimis tapi toh memang begitu kenyataannya. Seringkali begitu. Pun ketika kesenangan hadir bertubi-tubi, pasti ada kemurungan yang muncul di pertengahan atau akhir hari. Ya, mungkin sudah hukum alam untuk mencoba mencapai keseimbangan.
Lalu, apa yang bisa bikin hati hangat malam ini dan sejenak lupakan pikiran-pikiran nggak penting yang berseliweran? Pertukaran pesan dan semangat dengan teman lama, ucapan selamat tidur dari kawan baik, pembicaraan ngalor ngidul, pelukan yang tak terduga, kenangan yang ambigu, bayangan tentang pantai, lagu favorit, atau tulisan ini (karena sudah lama nggak nge-blog. :p)?
Jakarta, 14 Novembre 2013
No comments:
Post a Comment