Sampai sekarang, saya masih percaya bahwa ada hubungan
antara pemerkosaan dan korupsi. Pokoknya, setiap masalah di Indonesia Raya ini,
pasti akan berujung pangkal pada korupsi. Entah hubungannya akrab atau renggang,
tapi saya percaya ada hubungannya. Sila tertawa saja, karena saya juga tidak
punya alasan yang jelas atas ini, tapi pasti ada. #maksa
***
Dulu, di daerah Wastukencana ada satu billboard tentang
korupsi. Gambar di billboard itu mengilustrasikan tentang anak sekolah yang
nggak punya ruang kelas gara-gara dananya dikorupsi. Kesian pokoknya. Sejak
saat itu, saya yakin banget kalau secara langsung, maupun tidak langsung, hidup
kita terpengaruh oleh korupsi.
Misalnya gini, di kampung tempat saya KKN dulu, bangunan
SD-nya jelek sekali. Masih bisa dipakai sih, tapi jelek banget. Menurut saya,
dana renovasi dan pembelian alat-alat peraga itu sudah ada, tapi saya yakin
dari atas sudah dikorupsi dan pas sampai di SD itu dananya jadi kecil sekali
atau bahkan nggak ada sama sekali. Banyaklah ya contohnya kalau tentang sekolah
rusak karena dananya dikorupsi.
Nah, terus kenapa di awal tadi saya bisa berkeyakinan kalau
ada hubungannya antara pemerkosaan dan korupsi? Entah sih, ini sih alasan saya
yang dibuat-buat, korupsi itu mengubah sistem sosial masyarakat. Langsung,
maupun tidak langsung.
Orang banyak yang makin kaya karena korupsi, tapi banyak
juga yang dimiskinkan karena korupsi. Fasilitas-fasilitas dan
kesempatan-kesempatan yang seharusnya dibuat oleh uang yang malah dikorupsi itu
jadi hilang. Misalnya, jalan yang bagus, subsidi untuk perbaikan angkutan umum,
atau lainnya. Itu jadi nihil.
Mobil bagus juga makin berseliweran di jalan, ya walaupun
nggak semuanya dibeli dari duit korupsi sih. Kalau pertumbuhan mobil itu nggak
seheboh sekarang dan nggak ditambah dengan mobil-mobil hasil korupsi, jalanan
pasti agak lengang dan masih banyak orang yang naik kendaraan umum. Kalau
begitu, penghasilan abang angkot pasti stabil dan dia punya uang untuk membiayai
kesenangan lain. Kesenangan yang bukan dengan memerkosa perempuan-perempuan
yang menumpang di angkotnya.
Atau ini sebenarnya ekses dari pembangunan aja? As simple as
that. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Titik? Atau? Atau? Atau? Atau abang angkotnya emang mesum dan tidak bisa menahan diri? Atau? Atau? Atau?
Gitu deh. Ruwet ya? Maaf deh. Haha.
Kapan-kapan mungkin bisa dibahas dari perspektif gender yang
akan mengingatkan saya pada skripsi.
Bandung, 22 Janvier 2012
No comments:
Post a Comment