Saturday, December 1, 2012

Hola, Hostel!



“Liburan” kemarin itu sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari. Tentu saja, karena telah didahului dengan bikin paspor dan beli tiket dan ini dan itu. Saya bersemangat sekali dengan liburan kali ini. Apa pasal? Yang pertama, GONG, ini perjalanan perdana saya ke luar Indonesia. Yang kedua, karena berniat melakukan haji kecil: menonton Sigur Ros dari dekat. 

Sejak tahun lalu, saya punya resolusi – kalau bisa dibilang begitu- untuk dua hal. Salah satunya, yaitu melancong ke luar negeri dan baru terlaksana tahun ini. Cupu sih, ya, umur segini baru bikin paspor dan baru sekali ke luar negeri padahal katanya sudah globalisasi. Haha. Malu sama bocah piyik yang masih merah dan dibawa ibunya ke kantor imigrasi untuk foto paspor. Bikin “surat izin” sendiri, tanpa calo, dan tak sampai lima jam di kantor itu. Beberapa hari kemudian kembali lagi untuk ambil paspor yang sudah jadi. Serba praktis. Setelah paspor di tangan, urusan pertiketan pun sudah ada yang urus. Yes!

Perjalanan pertama ini dekat saja, bukan ke Islandia, tempat asal Bang Jonsi dan kawan-kawannya. Cukup terbang 1 jam 45 menit ke negara tetangga yang kecil mungil itu. Bagi yang ingin dan tak sempat ke sana minggu lalu, silakan menunggu sampai pertengahan tahun ini. Gosipnya, mereka akan bertandang ke Indonesia *bersorak*. Selain menonton konser Sigur Ros yang amatlah epik itu, tentu pun saya menyempatkan berkeliling Singapura dengan beberapa alternatif: jalan kaki, naik MRT, dan naik bis. Sayangnya, tak sempat naik taksi. Menyenangkan! Trotoar lebar dan transportasi yang memadai serta nyaman bikin berkelana di Negeri Singa itu makin mudah. Ibaratnya, dilepas sendiri di sana pun pasti nggak bakal stres. 

Menginap di mana? Mungkin itu pertanyaan yang bakal sering diajukan. Saya menginap di hostel dan ini jadi sorotan selama liburan kemarin, selain konser Sigur Ros tentunya. Hostel seharga S$28 semalam itu cukup nyaman: dorm berisi empat kasur bertingkat; wi-fi gratis sepanjang hari; pasokan kopi, teh, dan coklat tak terbatas; kebersihan yang terjaga; kamar mandi dengan air panas; dan mudah diakses dengan sarana transportasi apapun. 

Kejadian yang tak terduga, kocak, plus awkward terjadi di hari kedua kami menginap. Kenapa pula? Karena di seberang ranjang saya ada orang yang melakukan hubungan seks. Iya, making love as in intercourse or bercinta, apalah itu, you name it! Haha. Saya dan si partner liburan belum bisa tidur ketika si dua orang ini datang dan memuaskan nafsunya di ranjang hostel. Jadinya harus nahan diri supaya nggak ngakak atau berdeham karena tak nyaman. Harusnya sih bisa ditegur atau bilang ke penjaga hostelnya, ya? Tapi malah jadi kami yang malu. Oh! Masih nggak habis pikir sih, mengapa si bule itu bisa-bisanya bawa PSK ke hostel dan making love di dalam dorm. Kasihan abang yang sudah tertidur kelelahan di ranjang bagian bawahnya. Kalau tak mampu sewa hotel, ya, bolehlah di taman atau di kamar mandi hostel saja. Jangan di kamar hostelnya yang tempat orang beristirahat dan di waktu orang beristirahat. Cideuk! Hahaha.Ini memang no picture, tapi tak hoax kok!

Ingin cerita tentang konsernya tapi sepertinya tidak sekarang. Semoga masih ada yang mau baca nanti, ya. Haha. 

Bandung, le 1 Decembre 2012

Friday, November 30, 2012

Konser Terbaru

Sejauh ini, sepengalaman saya menonton sebuah konser, konser ini yang paling keren. Tepat seminggu lalu, geng yang berasal dari Islandia ini mengunjungi Singapura. Silakan dinikmati dan diresapi dulu video plus (salah satu) lagu favorit saya. Cerita versi saya menyusul. :p


Video ini diunggah oleh seseorang ber-username Pokcay. Terima kasih. :)

Jakarta, le 30 Novembre 2012

Monday, November 5, 2012

Selamat Semangat!


Ingin tidak ingin, ternyata deret umur ini mesti bertambah. Sempat deg-degan karena kini sudah seperempat abad tapi belum punya pencapaian apa-apa yang bisa dibanggakan (curhatnya sudah dan akan dilakukan di posting lain. Hehe.). Untungnya, masih pula punya mimpi ini itu yang bisa bikin hari tak terlalu sia-sia untuk dijalani (boong tapi. :p)

Sudah hampir dua minggu setelah pergantian hari itu. Dan masih tidak menyangka jika para kawan baik akan menyempatkan waktu untuk hadir, membawakan kudapan manis, dan mengamini semua keinginan yang belum tercapai. Terima kasih telah mengingatkan bahwa masih ada hari bahagia di sela lelah yang menumpuk, penat yang mendera, dan ragu yang menyerang. Semoga semuanya akan selalu baik-baik saja. Semoga semuanya akan bertambah baik. Semoga semua kekhawatiran yang mendera akan terkikis lalu sirna dengan hadirnya kebijaksanaan. Semoga semesta berkati hidup saya, harapan saya, dan harapan kalian pada saya. Semoga.

Hoorraaah!


I won’t forget the night. I love you till death, fellas. Thank you for being there when I need you the most. Thank you for the candle light even if I’ve tried to remain the day as the usual day. Thank you for everything. Thank you. *bowing*.

*TEEET, mengulang kata "thank you".*


Jakarta, le 5 Novembre 2012

Monday, October 1, 2012

Rumus Risau


Sejatinya apa yang kau sebut sebagai pencapaian? Or achievement, you may say. Nama yang muncul di majalah, sebagai penulis? Foto terpampang di majalah sebagai narasumber? Pergi keluar negeri sendirian dan berkelana ke sana kemari tanpa takut kehabisan uang? Atau menjelajahi berbagai perpustakaan di Britania Raya untuk mengumpulkan bahan untuk penelitian? Atau bisa bayar cicilan mobil dan apartemen sendiri? Atau sesederhana ini: nggak minta uang tambahan dari orangtua di akhir bulan?

Dan yang mana yang telah saya capai? Apakah benar-benar itu yang saya inginkan untuk mengisi hari-hari yang kian terasa membosankan ini? Seorang teman pernah berkata, "Gue jelas tahu apa yang gue nggak suka tapi apa yang gue suka? Itu masih jadi pertanyaan besar." Nah!

Apakah memang serumit itu memutuskan dan mengklasifikasi apa saja yang disuka, dimau, nggak disuka, dan nggak dimau oleh diri ini? Yang sesungguhnya ia punya otak dan hati untuk memilihnya. Atau keduanya tak bisa memilih karena tak terbiasa memilih? Atau memang tak ada pilihan karena ia sudah beku dan jadi robot? Oh, ataukah tak ada yang harus dipilih dan diputuskan karena ia harus mengalir saja seperti air sungai dari puncak pegunungan ke hilir yang bermuara ke laut lepas? Apakah dengan begitu kau hanya akan menjadi orang yang tak berpendirian dan tak punya masa depan?Apakah itu berarti saya tak punya ambisi?

Bagi saya, yang tak jelas betul maunya apa dan tak tahu benar apa yang disukai, merumuskan hal seperti ini adalah mustahil. Tapi jika melihat orang lain yang begitu dan begini serta dapat ini dan dapat itu, jujur saja, perasaan iri itu begitu membuncah di dada, bikin sesak, dan ingin segera seperti mereka. Tapi saya sadar saja kalau itu hanya perasaan sesaat yang hanya bikin susah hati. Lima menit kemudian sudah lupa. Namun beberapa saat kemudian, biasanya sepulang dari kantor, dengan raga dan jiwa yang terasa lelah, saya jadi terpancing untuk punya pegangan. Setidaknya saya harus tahu, apa yang akan dihasilkan oleh batin dan jasmani yang lelah itu? Saya pun seharusnya tahu, pencapaian macam apa yang bikin saya bahagia luar dalam. 

Jadi, apakah itu? Belum tahu.

Udah ngomel-ngomel, tetap saja tak ada simpulannya. Pointless. Hahaha. Mari menertawakan diri sendiri.

Saturday, September 15, 2012

Asah Asa

To the future, we surrender.

Tak pernah bosan dengar lagu yang satu itu. Mungkin Meng merasakan apa yang saya (kami) rasakan saat ini. Mungkin ia pernah melewati fase ini juga. Mungkin ada hal yang melesakkan hati dan harapannya ke jurang terdalam ketika ia menulis lagu itu dalam guratan nada serta lirik. Mungkin juga tidak terjadi apa-apa.

Tak ada yang perlu ditakutkan dengan masa depan, begitu saya selalu bersugesti. Sungguh tak ada. Masa depan tetap akan terjadi dalam hitungan detik, bahkan ketika rangkaian kata ini belum selesai ditulis. Ia hadir tanpa kau minta. Melesat begitu saja tanpa minta pertimbangan darimu. Senyatanya, ia tak bersinggungan dengan keinginan atau harapanmu.

Maka mengapa saya, kami, kamu, dan dia begitu takut ketika ia bergegas melampaui jejak yang tertoreh? Atau karena ia terburu-buru? Atau karena kita lengah?

Jakarta, le 15 Decembre 2012

Thursday, August 23, 2012

Alasan


Lalu, apa rupanya yang membuat menulis  itu menjadi sulit? Bohong banget katanya mau isi blog minimal seminggu sekali. Haha. Janji-janji palsu, masa iya harus bikin #trinisat kayak tahun lalu lagi? Itu pun menggeh-menggeh bikinnya. :p

Jangan-jangan ini semua malah karena kerja di bidang penulisan? Ah, nggak juga sih. Karena menulis untuk blog dan majalah kan beda, ya? Pasti lebih bebas menulis gagasan-gagasan yang berkeliaran nggak teratur itu di sini. Tapi terus karena apa dong ini catatan pribadi jadi terbengkalai? Waktu ada (walaupun week-end doang paling), ide ada (walaupun cemen dan cimit), laptop ada (walaupun lemot), dan koneksi internet pun ada  (walaupun hanya di kantor atau di rumah bude). Semua syarat sudah terpenuhi, harusnya nggak ada alasan lagi kan, ya, untuk nggak ngerawat blog ini? Tapi ada aja halangannya. 

Dan itu adalah.. 


MALAS

Selesai. :D


Bandung, le 23 Aout 2012

Friday, April 13, 2012

Socializing


Bersosialisasi adalah hal yang biasa saja. Berhubung saya orang yang nggak ribet, tapi ruwet. Ketemu orang baru itu seru. Ngobrol dengan teman lama itu menyenangkan. Berbagi pendapat dan basa-basi itu kadang sama-sama menggairahkan.

Semuanya biasa saja. Walaupun kadang saya lebih memilih berdiam di rumah, bahkan di kamar saja selama beberapa hari, tapi pulang larut dan terlambat gegara bersosialisasi juga saya lakukan. Seimbang saja kadarnya, menurut saya. Selama saya senang dan menikmati keduanya, tentu tidak masalah.

Saya masih menikmati bermain dan bersosialisasi sekarang. Di tengah tenggat, bersosialisasi dengan teman-teman menjadi hiburan tersendiri. Tapi, akhir-akhir ini ada pikiran aneh yang berkecamuk di pikiran saya. Aneh menurut saya sendiri, ya. Sejak beberapa lama sebelum pergi ke sini, saya telah merasakannya: bersosialisasi itu melelahkan. Butuh banyak waktu dan tenaga.

Entah darimana datangnya pikiran dan perasaan itu. Sepertinya sih bukan hal yang muncul tiba-tiba.

* Tulisan sepotong ini akan dilanjutkan kapan-kapan. :D 

Thursday, March 22, 2012

Let's Contribute!


Beginilah kira-kira


“Kalau maneh jadi Walikota Bandung, apa proker maneh?”

“Bentar urang pikir-pikir dulu. ”

Aing mah ya, mau ganti atap rumah-rumah ini aja. Biar jadi bagus dan enak dilihat. Masalahnya, kalau disuruh ngebenerin jalan, mahal pisan. Ngeganti atap mah bisa lah, ya. Masa bisa kampanye, nggak bisa ganti atap.”

Pembicaraan itu terjadi sekitar Februari ketika si teman-teman baik sedang berkunjung ke rumah saya dan kami mengobrol di lantai teratas. Pemandangan yang terhampar, tentu saja, Pasupati dan pemukiman padat di bawahnya. Itu Dimas yang memaparkan rencananya jika ia menjadi walikota kota tersayang ini.

***
Beberapa minggu selanjutnya, tepatnya tadi malam, saya ada kumpul di Purnawarman. Tempat yang asyik buat ngumpul karena memang didesain untuk berkumpul. Banyak ruangan besar dan selasar terbuka yang boleh dipakai duduk, curhat, bertukar ide, dan menggalau. Yang mengundang kumpul adalah @BCCF_bdg. Siapa pula itu?

BCCF adalah Bandung Creative City Forum. @BCCF_bdg bermula dari sekumpulan orang yang berkumpul (yaiyalah) dan beride. Saya tahu mereka melalui Twitter (lagi-lagi). Mereka adalah sekumpulan orang yang cinta Bandung, seperti saya. Ingin bikin Bandung lebih baik, tanpa mengandalkan pemerintah kota terlalu banyak. Kelamaan soalnya, banyak alasan, dan belum tentu berhasil. Haha. 

Mereka sudah punya program kerja dan butuh banyak sekali orang untuk menjalankannya. Sungguh deh saya ingin sekali ikut serta, kalau memungkinkan. Ide pokoknya sederhana saja, mengolah potensi yang sudah ada. Tapi justru itu yang jadi seru dan tricky. Sejauh mana sih orang-orang Bandung ini mengenal Bandung dan bisa mengemasnya untuk "dipamerkan” ke orang luar Bandung. Ya, bikin bagus sesuatu yang sudah jadi ‘kan nggak semudah dan secepat lari satu keliling di lintasan Sabuga, ya?

Banyak sekali program kerjanya di 2012 ini *semoga belum jadi kiamat*. Ada yang menonjolkan satu daerah sebagai pusat jajanan, pusat oleh-oleh, pusat seni visual, dan lain-lain. Wilayah mana saja yang mau “diruwat”? Ada lima wilayah. Leuwi Panjang di Selatan, Ciroyom di (agak) Barat, Tamansari di Pusat, Dago Pojok di Utara, dan Cicadas di (agak) Timur.

Daaaan… salah satu prokernya adalah bikin mural di atap rumah warga. Tentu supaya jadi bagus dan enak dilihat. Setidaknya memberikan pengalaman visual yang baik bagi pengunjung Bandung. Siapa tahu dengan dimanjakan secara visual, mereka lantas nggak sadar kalau jalanan di Bandung bergelombang dan bolong-bolong. #eh

Oh ya, program bagus ini sangat sayang kalau dilewatkan. Bagi yang bisa berkontribusi, apalagi yang ngaku cinta Bandung, silakan bergabung, mumpung ada wadahnya. Daripada cuma ngutuk Bapak Walikota yang akan maju jadi calon gubernur, terus kesel dan ditahan-tahan cuma jadi dosa dan jerawat. Cuss, langsung mention saja @BCCF_bdg atau datang ke Jalan Purnawarman 70. :D

Bandung, le 22 Mars 2012

Monday, January 30, 2012

Atau?


Sampai sekarang, saya masih percaya bahwa ada hubungan antara pemerkosaan dan korupsi. Pokoknya, setiap masalah di Indonesia Raya ini, pasti akan berujung pangkal pada korupsi. Entah hubungannya akrab atau renggang, tapi saya percaya ada hubungannya. Sila tertawa saja, karena saya juga tidak punya alasan yang jelas atas ini, tapi pasti ada. #maksa
***
Dulu, di daerah Wastukencana ada satu billboard tentang korupsi. Gambar di billboard itu mengilustrasikan tentang anak sekolah yang nggak punya ruang kelas gara-gara dananya dikorupsi. Kesian pokoknya. Sejak saat itu, saya yakin banget kalau secara langsung, maupun tidak langsung, hidup kita terpengaruh oleh korupsi.

Misalnya gini, di kampung tempat saya KKN dulu, bangunan SD-nya jelek sekali. Masih bisa dipakai sih, tapi jelek banget. Menurut saya, dana renovasi dan pembelian alat-alat peraga itu sudah ada, tapi saya yakin dari atas sudah dikorupsi dan pas sampai di SD itu dananya jadi kecil sekali atau bahkan nggak ada sama sekali. Banyaklah ya contohnya kalau tentang sekolah rusak karena dananya dikorupsi.

Nah, terus kenapa di awal tadi saya bisa berkeyakinan kalau ada hubungannya antara pemerkosaan dan korupsi? Entah sih, ini sih alasan saya yang dibuat-buat, korupsi itu mengubah sistem sosial masyarakat. Langsung, maupun tidak langsung.

Orang banyak yang makin kaya karena korupsi, tapi banyak juga yang dimiskinkan karena korupsi. Fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan yang seharusnya dibuat oleh uang yang malah dikorupsi itu jadi hilang. Misalnya, jalan yang bagus, subsidi untuk perbaikan angkutan umum, atau lainnya. Itu jadi nihil.

Mobil bagus juga makin berseliweran di jalan, ya walaupun nggak semuanya dibeli dari duit korupsi sih. Kalau pertumbuhan mobil itu nggak seheboh sekarang dan nggak ditambah dengan mobil-mobil hasil korupsi, jalanan pasti agak lengang dan masih banyak orang yang naik kendaraan umum. Kalau begitu, penghasilan abang angkot pasti stabil dan dia punya uang untuk membiayai kesenangan lain. Kesenangan yang bukan dengan memerkosa perempuan-perempuan yang menumpang di angkotnya.

Atau ini sebenarnya ekses dari pembangunan aja? As simple as that. Kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Titik? Atau? Atau? Atau? Atau abang angkotnya emang mesum dan tidak bisa menahan diri? Atau? Atau? Atau?

Gitu deh. Ruwet ya? Maaf deh. Haha.

Kapan-kapan mungkin bisa dibahas dari perspektif gender yang akan mengingatkan saya pada skripsi.

Bandung, 22 Janvier 2012

Saturday, January 14, 2012

Selamat Pagi!

Baiklah akan saya beri satu rahasia: mengisi blog dengan lirik lagu adalah salah satu cara termudah untuk tetap menulis. Hehe. Call me shallow, but yes, it's easier than to write about my feeling or what's happening around me. Lagipula, kedua hal itu pasti bisa diwakili oleh lagu-lagu yang didengarkan. Itu kata penelitian, lho. :) #pembenaran

Maka, saya akan berbagi lirik lagu lagi hari ini. Lagu lama juga sih, kayaknya. Tapi mohon maaf, saya baru dengar dan langsung suka. Baru tahu tentang grup musik ini ketika disebut di MBM Tempo, sebagai salah satu nomine Album Terbaik 2011. Pas dengar beberapa lagunya, emang bagus sih. Yah, jauhlah kalau dibandingkan dengan lagu-lagu dari boyband atau girlband Indonesia yang dibuat asal-asalan.

Lagu yang saya pos liriknya ini adalah lagu dari album pertama Dialog Dini Hari, satu kelompok musik asal Bali yang memilih rasa folk, ballad, dan blues untuk lagu-lagunya. Petikan gitar,  hentakan drum yang halus, dan suara agak berat yang menenangkan jiwa raga, kalau kata saya sih. Dan tentu, banyak pesan lain pada lagu-lagu mereka yang lain, selain yang liriknya saya tuliskan di sini. Marilah.

Pagi - Dialog Dini Hari


Berhari-hari menanti
Tak henti henti mencari
Hingga hari ini dambaan hati
Berlalu dan pergi

Memilah memilih
Tak habis-habis berpikir
Sampai pagi ini
Matahari pagi, sendiri dan sendiri

Tetes embun pagi
Iringi mekar melati
Masihkah indah.. indah..

Reff:
Pagi, jangan pergi
Kutakut malam nanti ku masih sendiri
Dan pagimu tak lagi indah

Sekuntum bungan mekar
Di antara rumput-rumput liar
Gelisah menanti si jantan kumbang
Tak kunjung datang

Ranting kering terinjak-injak
Luluh lantak tak berontak
Kicau burung harmoni berdendang
Sebentar lagi siang

Rimbun pohon menari
Suaranya lembut berbisik
Masihkan indah.. indah..

***


Oke, saya baru benar-benar menyadari liriknya ketika copy paste liriknya dari website mereka. Sedih ya ternyata? Hahaha. Lagu-lagu mereka yang lain bisa didengar via Facebook. Seru sekali ketika dengar lagu-lagu Indonesia yang tidak seputar percintaan menye-menye. Sila dengar Beranda Taman Hati, Oksigen, dan Pelangi. Nice, gan! :D


Bandung, le 14 Janvier 2012

Tuesday, January 10, 2012

Kebetulan Betulan?


Mungkin benar ya, udara dingin bisa mengarah pada kegalauan. Oh baiklah, Twitter makes word “galau” overrated. Yang ini, bukan semata-mata tentang percintaan, tapi “galau” pada akarnya, kacau tidak karuan. Apalagi kalau udara dingin itu berpadu apik dengan buku yang sedang dibaca. Bikin kepikiran. Hehe.

Suhu Bandung belakangan ini menyentuh angka belasan. Dingin-dingin asoy. 16-18 derajat Celsius sajah, pemirsa. 

Jadi ceritanya saya sedang membaca buku Manjali dan Cakrabirawa dari Ayu Utami. Seperti biasa, ada satu dua tiga kutipan yang menyentil rasa dan pikiran saya. Dikira akan hilang dalam tempo waktu yang secepat-cepatnya, seperti apa yang terjadi biasanya. Ndilalah kok nggak ya? Sampai pagi ini ternyata masih berputar-putar di otak. Penting banget emang ya? Halah.




Apa rupanya kutipan itu?

Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah kita tetap percaya bahwa itu tidak bermakna? (Jacques, hal.19)

Dang.

Dan lalu disambut dengan ini:

Jika kebetulan itu terlalu banyak, artinya masing-masing dari kita memiliki peran. (Marja, hal.247)

Lalu ada apa dengan kutipan-kutipan itu? Nggak apa-apa sih, cuma berasa sudah terpikir sejak lama tentang “kebetulan” itu. Setelah ada teman yang bilang bahwa dia tidak percaya akan kebetulan. Dan sejak saat itu, setiap ada kebetulan yang terjadi pada saya, saya langsung menganalisis apakah itu adalah sebuah kebetulan atau bukan. Agak ruwet sih. Dan seringnya emang hanya berakhir di analisis saja, tidak ada simpulannya. Haha.

***

Oh iya, mengenai buku ini, saya berikan poin 3 dari 5. Loh bukannya buku Ayu Utami itu keren ya? Emh, entah, saya seperti tidak terlalu klik dengan buku ini. Seperti terlalu banyak yang ingin diceritakan dalam 247 halaman. Alurnya seperti terlalu lambat di awal, terlalu cepat di akhir. Terlalu banyak yang terselesaikan dengan kebetulan yang terlalu cepat. Atau memang saya juga tidak percaya dengan kebetulan? Ha.

Atau mungkin harus baca Bilangan Fu dulu ya? 

Poin tiga yang saya sebut tadi itu untuk pilihan kata yang menarik, cerita tentang kerajaan yang saya suka sekali, dan pernyataan-pernyataan yang mudah dimengerti. Lumayan sih buat saya yang malas baca buku yang terlalu tebal. Haha. *menatap Nagabumi yang berdebu di kardus*

Bandung, le 10 Janvier 2012


Saturday, January 7, 2012

The Pursuit of Happyness


2012 udah berjalan beberapa hari, telat nggak sih kalau bikin tulisan tentang 2011? Hahaha. Whatever.

Kalau mau bilang 2011 berjalan biasa saja kayaknya nggak mungkin ya? Banyak hal yang terjadi di tahun itu, mostly sih menyenangkan. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Ngerjain skripsi lama banget, tapi akhirnya selesai dengan nilai yang memuaskan pula. Akhirnya lulus, setelah enam tahun ngejogrok di kampus penuh kenangan itu, konser The Cranberries yang menyenangkan jiwa raga, liburan ke Karimunjawa yang begitu syahdu, dan lain-lainnya. Ketemu orang-orang hebat. The best part is knowing that i still have a bunch of best friends, if I can mention that.

Apalagi ya? Oh, dapat beberapa kerjaan yang mendorong saya keluar sebentar dari lingkaran pertemanan sampah ini. And it feels great when I meet my inner circle again. Latihan untuk jauh-jauh dari orang-orang yang sudah lima tahun menjadi sandaran saya. Ok, I’m getting too mellow when it comes to them, but emm.. that’s exactly what I feel. Hehe. Gotta write about them in next posting, maybe.

Intinya, walaupun dua kali wawancara dan dua kali juga tidak diterima kerja di perusahaan yang diinginkan, tapi 2011 tetap juara satu. Menyenangkan, sampai-sampai saya tidak ingat pernah sedih di tahun itu. Alhamdulillah.

Semoga di 2012 ini semuanya akan lebih indah dan menyenangkan lagi. Semoga semangat saya terus ada untuk mencoba ini dan itu. Semoga rezeki terus mengalir, meskipun sedikit demi sedikit. Semoga, semoga, dan semoga.

Bismillah.
Semoga semesta Memberkati.J

Bandung, le 7 Janvier 2012

 (Harus mulai membiasakan diri menulis 2012. J)

*Judul diambil dari film yang dibintangi Will Smith dan Jaden Smith.*