Wednesday, June 2, 2010

I Lost My Teeth

Jadi ceritanya begini, Icha, seorang teman KKN meminta bantuan, maukah saya menjadi pasien percobaannya? Dia, si teman KKN ini, sedang melaksanakan co-assistant sebagai calon dokter gigi. Saya, yang merasa giginya durjana, maka mengiyakan. Tawarannya menarik, gigi saya dipasangi kawat lepasan. Maka, hari ini (Rabu - 2/6), saya bertemu dengannya di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) milik Universitas Padjadjaran yang terletak di Sekeloa.

Lalu bertemulah kami di lobby RSGM. Dia terlihat sangat kurus dibandingkan terakhir kali kami bertemu. Dia perkenalkan saya pada temannya, yang juga sedang co-ass, namanya Dito. Mereka periksa-periksa sedikit keadaan mulut dan gigi saya. Lalu, tiba-tiba diputuskan bahwa gigi saya, yang telah berlubang besar selama beberapa tahun, harus dicabut. Oh no!! Saya, tentu saja, mengiyakan. Selain jaim -supaya tidak dibilang penakut-, juga sadar bahwa harus ada yang terjadi pada gigi yang telah hidup segan mati tak mau yang ada di mulut saya.

Setelah diperiksa dokter dan disetujui untuk menjadi percobaan orthodonti, lalu saya digiring di ruang cabut gigi. Hadeuh. Ruangannya bersekat-sekat seperti warnet - tapi agak lebih besar, didominasi dengan warna putih dengan kursi berwarna hijau. Untungnya ruangan ini, karena termasuk bangunan baru, sangat jauh lebih baik dibanding ruangan yang saya datangi sebelumnya. Jadi saya agak tenang. Beberapa menit mengobrol kesana-kemari dan sarapan Oreo, maka gigi saya pun dicabutnya.

Dito : "Jangan nervous gitu, Di. Santai aja."
Dyah : "Iya, To, bismillah."
Dito : "Gini deh, umpamanya di kulkas ada makanan busuk, gimana tuh?"
Dyah : "Bau, kotor..."
Dito : "Nah, makanya kan mendingan dicabut."
Icha : "Dito kayak lagi praktik di Pedo (klinik anak)... "
Dyah : "... (mau jawab tapi nggak bisa, giginya lagi diotak-atik Dito) ..."

***

Enam tahun lalu, gigi saya juga pernah bolong cukup besar. Kalau ditambal percuma, hanya menghabiskan uang, kata si dokter dan co-ass itu. Maka jadilah gigi saya di cabut. Hiks. Nah, berhubung pencabutan tidak berjalan dengan sempurna, ditambah gigi saya yang rapuh, maka si akar gigi masih tertinggal di gusi. Sebab itu, diputuskanlah oleh pak dokter dan kak co-ass, bahwa gusi saya harus dioperasi untuk mengambil akar yang masih tertinggal. OH MY! Tapi ya apa boleh buat? Terpaksa.
***

Nah, maka dari pengalaman enam tahun lalu itulah, saya agak trauma jika gigi saya harus dicabut. Maka tadi pagi pun, degup jantung heboh kayak drum yang dimainkan oleh J.P.Millenix. (maaf saya memang harus agak lebay di sini. :p) . Belum lagi kalo di depan muka saya ada beberapa co-ass yang berkumpul untuk menyaksikan kehandalan Dito dalam mencabut gigi pasien. Antara deg-degan, pengen ketawa, dan Dito nervous, lalu hilang konsentrasi. Astaga naga.

Dito kasih tahu nanti akan seperti apa prosesnya. Bahkan pas mau nyuntik obat biusnya pun Dito bilang, "Nanti disuntiknya di sebelah sini dua kali, terus sekali lagi di pipi."

Subhanallah. Saya mah nggak usah dikasih tau sebenernya nggak papa. Langsung ajalah daripada ngebayangin malah serem. Hahahaha. Ya akhirnya, disuntik sana sini, dicongkel-congkel, dan dicabut deh. Hamdalah, ternyata yang ini tidak semenyeramkan enam tahun lalu. Prosesnya cepat dan tidak terlalu sakit.

Pas lagi bersihin sisa darah di gusi, Dito bilang, "Di, mukanya nggak usah merana gitu dong. Kan udah dicabut giginya." (Oke, Dito.. muke gue emang merana dari sononya. Lagi mikirin usmas soalnya. hahahaha.)

Setelah beres semuanya, saya sempat lihat si dua gigi yang dicabut itu. Iya, yang dicabut emang dua gigi. Maka sekarang saya ompong, kayak nenek-nenek. Hahahaha. Sayangnya lupa untuk difoto. Dan Alhamdulillah, gara-gara cabut gigi, saya jadi makan es banyak-banyak. Dan lagi, untungnya, sampai sekarang bekas cabut giginya nggak sakit. :)

Oke, jadi ada beberapa pengetahuan yang bisa diperoleh dari cerita ini. Misalnya ya:
  1. Rawat gigi yang bener dari kecil. Rajin sikat gigi. *Saya memang abai terhadap kesehatan, kesehatan organ apapun.
  2. Jangan takut ke dokter gigi. Mereka baik-baik kok. Cuma alat-alatnya aja yang kejam.
  3. Jaga hubungan baik dengan teman KKN, misalnya yang dari Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Biar murah kalo ada masalah gigi. Hehehe.
  4. Segala sesuatu yang sudah busuk jangan dipelihara. Termasuk dalam urusan hati. *CURCOL. Hahahaha*
Besok saya janjian lagi dengan si Icha si calon dokteur, dia mau periksa lagi gigi saya. Kali ini menyangkut orthodonti. Doakan saya selamat. :D



Mungkin nanti nasib saya kayak mbak-mbak ini.



Bandung, Le 2 Juin 2010.


P.S: Temen saya masih butuh pasien Ortho. Kalo ada yang berminat yaaaa.. Lumayan, ngebantu orang lulus kuliah (walaupun diri sendiri belum lulus juga. :p)

3 comments:

  1. cieee dyah nervous sama dito. heheheh *sok kenal.
    suntik di pipi? :O pengen ke dokter gigi tapi takut bgt. terakhir di suntik kapan, ya? udah lama bgt dan gak kebayang kalo harus disuntik lagi :(

    ReplyDelete
  2. 2 sekaligus nur?????BADAIIIII!!!!!gua dulu cabut satu-satu,,tapi sayang sih,,soalnya gigi sehat,,,selamat berkawat :P

    ReplyDelete
  3. iyaaa.. langseungg dua bok.. dikasi tau di hari itu. durjana. gigi atas bisa pake kawat lepasan. tapi ternyata gigi bawah harusnya pake behel. liat saja nanti deh..

    ReplyDelete