Tuesday, June 1, 2010

I Owe You Big Time, Team!


I found it's hard to write this experience-cum-feeling. Kadang memang agak sulit untuk menuangkan apa yang saya rasakan dalam teks. Apalagi dengan segala emosi yang menyertainya. Tapi,ya beginilah jadinya tulisan ini. Agak bertele-tele karena dibuat tanpa pikir panjang. :)

Dan cerita pun mengalir...

Sudah bertahun lalu ketika kejadian ini terjadi. Saya dan teman-teman berada di gang sempit di sekolah saya masa itu. Bukan tanpa alasan, kami berkerumun di depan jendela ruang itu. Di jendela itu, yang kusennya berwarna abu-abu, ditempel sebuah pengumuman yang akan mengubah hari-hari kami. Di pengumuman itu, tertera siapa-siapa saja yang akan mengikuti muhibah kebudayaan ke Eropa. Dan, di tahun 2004 itu, saya dan beberapa teman harus pasrah dan sabar saja untuk tetap berada di Bandung. Eropa menjauh dari jangkauan kami.

Jangan tanya saya, bagaimana perasaan saya kala itu. Bertiga dengan kawan dekat, kami harus bersikap seolah semuanya baik-baik saja setelah keputusan itu.

***

Lepas enam tahun setelah kejadian itu, kini saya mendapat kabar bahwa muhibah kebudayaan sejenis akan diadakan kembali. Kali ini, negara tujuannya adalah Slovenia, Austria, dan Spanyol. Dan, tentu saja sekarang saya sudah lulus dari sekolah saya masa itu, tidak lagi bergerombol untuk melihat pengumuman siapa yang akan berangkat dan siapa yang tidak, dan sudah pasti saya pun tidak ikut dalam muhibah itu.

Ini adalah perjalanan Expand the Sound of Angklung (ESA) yang keempat. Sebelumnya, kegiatan ini dilaksanakan berturut-turut pada 2002, 2004, dan 2008. Saya, yang hanya melihat, menemukan adanya kemajuan di setiap kegiatan ini dilaksakan. Tim ini selalu menampilkan inovasi-inovasi yang lebih lagi setiap tahunnya.



ESA 2004 (sumber: angklung3.info)



ESA 2008 (sumber: angklung3.info)

ESA adalah sekelumit saja dari perjalanan Keluarga Paduan Angklung SMA Negeri 3 (KPA 3) Bandung. Tiga puluh tahun perjalanan KPA 3 adalah tidak mudah. Apalagi jika berbicara mengenai dukungan pemerintah. So typical.



Konser Orkestrasi Angklung VII: "Tapestry of Beauty - Presenting Maestros All Around the World", Aula Simfonia Jakarta, Maret lalu. (sumber: tukangbetotbass.tumblr.com)

Selain ESA, KPA 3 memiliki konser yang diagendakan tiap dua tahun sekali. Jika ada agenda penting, konser bahkan dilakukan pada tahun-tahun yang berurutan. Bahkan mungkin konser dilakukan dua kali dalam setahun. Berbagai agenda tahunan pun menjadi program kerja setiap pengurus KPA, misalnya saja pelatihan make-up, pelatihan aransemen, dan banyak hal lagi.

Perjalanan KPA, kalau boleh dibilang, tidak mudah. Apalagi menjelang perhelatan-perhelatan besar, seperti konser dan ESA. Semua tenaga dikerahkan para anggota dan pelatihnya, bahkan beberapa alumni masih mau menyempatkan waktunya untuk membantu pengurus melaksanakan program-program kerjanya. Semuanya dilakukan sendiri, tidak ada campur tangan event organizer ataupun pihak sekolah. Kebutuhan moril dan materil disediakan sendiri oleh ekstrakurikuler ini.

Tidak heran jika ekstrakurikuler ini acapkali menjadi rumah kedua yang begitu dicintai oleh anggota-anggotanya. Pada suatu waktu, waktu yang dihabiskan di KPA lebih banyak daripada yang dihabiskan di ruang kelas untuk belajar formal, dan bahkan rumah, tempat keluarga mereka berada. Dan saya, saya termasuk yang merasakan hal tersebut.

Boleh kau bilanglah, kalau memainkan angklung adalah hal yang kuno atau cupu. Tapi kalau kau tahu apa yang terjadi di ekstrakurikuler ini, bisa jadi pemikiranmu berubah. Apa yang kami lakukan belum tentu bisa orang lain lakukan. Dan ini bukan hal yang kecil. Ini tidak sesimpel kelihatannya: membawa angklung dan memainkan lagu dalam durasi tertentu. Tapi lebih dari itu, ini adalah hal yang kompleks dan sangat besar, dalam pandangan saya.

Ada dua alasan yang menyebabkan ekstrakurikuler ini tidak kecil bagi saya. Alasan tersebut terbagi menjadi alasan obyektif dan subyektif. Yang mana yang saya maksud dengan alasan obyektif? Organisasi ini ternyata memang menjadi salah satu pelestari budaya bangsa. Tentu saja dengan kegigihan kami-kalian- kamu-mereka-dia, sejak tiga puluh tahun silam hingga sekarang, dalam meregenerasi organisasi ini. Sounds so cliché, though. But yes, we’re doing that such thing. Organisasi ini, jika kamu mau tahu, memang benar-benar membawa nama bangsa Indonesia ke dunia internasional, walaupun baru secuil.

Si angklung dari bambu-bambu yang kami getar-getarkan itu, pada akhirnya memang mengantarkan kami pada pelestarian budaya bangsa. Entah kami-kamu-mereka-kalian-saya-dia sadari atau tidak. Nyatanya, kami memang melakukan hal itu.

Beragam konser, beberapa muhibah kebudayaan ke luar Indonesia, dan partisipasi dalam festival-festival itu memang nyatanya menjadi beberapa bukti bahwa memang salah satu organisasi budaya di (mantan) sekolah saya itu memang menghasrati agar angklung tidak dilupakan orang. Biar saja jika mereka yang lain bilang organisasi itu culun. Tapi nyatanya organisasi ini memang berbuat sesuatu.

Bayangkan saja jika satu konser itu minimal menghabiskan uang Rp 100 juta. Pun dengan muhibah kebudayaan ke Eropa yang bisa capai angka setengah miliar rupiah. Entah apa saja usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi jumlah-jumlah anggaran pengeluaran di proposal. Atau latihan-latihan yang menghabiskan waktu dan tenaga. Di saat tuntutan akademik yang begitu menggila, mereka yang berkomitmen tetap harus sisihkan waktu untuk latihan. Jika mendesak, latihan baru akan selesai setelah kumandang adzan Isya.

Tapi hingga sekarang, organisasi ini tetap hidup. Tetap melakukan konser-ratusan-juta-rupiah. Tetap melakukan muhibah kebudayaan yang asalnya hanya imajinasi. Tetap menang di beberapa festival. Tetap latihan dua kali seminggu. Tetap tampil di beberapa acara penting. Jika sudah begitu, tentu saja, ini hal yang sangat besar.

Dan alasan subyektif adalah alasan yang telah saya sebutkan dalam pembuka tulisan ini. Saya tidak bisa ikut serta dalam ekspansi bebunyian angklung di 2004 silam. Saya sempat sedih, kecewa, dan menarik diri. Dan hingga kini, rasa-rasa negatif itu masih mungkin datang. Atau mungkin tentang bantuan-bantuan ringan yang masih saya lakukan jika diperlukan hingga saat ini, ketika saya telah keluar dari sekolah itu lima tahun silam. Maka memang benar, itu adalah hal besar bagi saya.

***

Adalah suatu proses yang panjang bagi saya untuk dapat meyakinkan diri bahwa yang kami lakukan memang benar-benar berarti untuk bangsa ini. Butuh waktu yang panjang untuk menyadari bahwa yang kami lakukan memang benar-benar bukan hal yang main-main dan tidak sekedar bersenang-senang. Di balik itu ada motif yang mungkin tidak pernah terpatri secara sadar dalam ruang ingat kami. Tidak pernah ada ide dalam pembicaraan kami bahwa kami melakukan ini untuk skala yang lebih besar di luar diri kami. Ini, awalnya, adalah hanya untuk diri kami. Bisa dibilang, egosentris. Tapi nyatanya, it’s a big thing.

I owe you big time to think about this big thing. :D


Bandung, Le 19 Mars et 31 Mai 2010

*Awalny tulisan ini dibuat sebagai pengungkapan isi hati karena lebih tergoda pada Camera Obscura yang datang ke Sabuga, 20 Maret lalu. Namun, kembali disempurnakan pada hari ini, setelah kemarin menonton konser preliminary ESA 2010 dan melihat video-video ESA 2004 dan 2008 di Youtube. :D

4 comments:

  1. same here bok!!!si gw pun harus bersikap seolah semuanya baik-baik saja setelah keputusan itu,,,hakakakakakka

    see ya some years ahead in yurop!!!!eymin!!!

    ReplyDelete
  2. hahahahaah.. emang seru tuh pergulatan jiwaraga di masa itu.. hahaha..

    see you later yaaa.. janjian di perancis.. :))
    tapi gue mah liburan da. sekolah di inggris..hahaha..
    penting siahhhh..

    post preliminary-concert syndrome.. :))

    ReplyDelete
  3. Dyaaah... accidentally menemukan blog ini! Diawali dengan randomly meng-google gambar2 'Keluarga Paduan Angklung SMAN 3 Bandung'

    Jadi teringat masa2 itu.. T_T

    Far away from here, skrg gw cuma bisa ikut tepuk tangan aja buat KPA3.. :) Agak sedih dan kecewa jg si karena ga bisa ikut sama2 berjuang lagi disana. There are too many moments I've already missed in KPA3.. Sedang berusaha untuk move on, tapi somehow it's difficult.. Heu..

    After all,. Yes KPA3 is a big thing.. but there must be something bigger in this life :)

    Oya, ikut ngeaminin deh ttg ketemuan di perancis.. Amiiiin!

    ReplyDelete
  4. hahahah... life goes on. yaudalayaaa.. somehow, we need to choose our own path. *sok iye gini gueee.. *

    semoga nanti kalo udah sakseus jadi lebih bisa bantu2 kpa deh kita yaaa. :D

    ReplyDelete