Wednesday, September 7, 2011

Kicau Kacau Galau

Sudah baca “Kicau Kacau” oleh Indra Herlambang? Saya sudah. Baru selesai dua detik lalu. 

Buku itu adalah kumpulan tulisan Indra Herlambang yang terpencar di sana-sini. Di buku ini, kita bisa menelusuri bagaimana mulanya Indra, yang terkenal sebagai host, bisa menjadi penulis yang handal. Ini pendapat pribadi, karena saya suka tulisan-tulisannya. Haha. 

Tulisan-tulisan yang sempat dimuat di tiga majalah – Free Magazine, U Magazine, dan ME Asia- itu dikaitkan dengan kicauannya di twitter. Dan mau bilang apalagi, saya suka twit-twitnya. Witty. Lagi-lagi ini penilaian pribadi. Haha. Sayangnya Indra seperti menghilang dari dunia per-twitter-an sejak sebulan silam. 

Ketika belum selesai saya membaca buku ini, saya sudah tahu bahwa saya suka buku ini, selain karena gaya menulisnya yang lugas dan tidak terlalu ‘tinggi’. Ya, memang kadang otak saya yang sejumput ini suka idiot kalo disuruh mencerna bacaan-bacaan dengan bahasa yang njelimet dan bikin otak berasap karena bolak-balik baca satu paragraf. 

Di buku ini, Indra mengeksploitasi pengalaman-pengalamannya dan menunjukkan berbagai sisi dirinya, tidak selalu sebagai orang yang high profile. Dia menjadi human, dengan menunjukkan bahwa dia memiliki kehidupan yang normal: keluarga yang sangat menyayanginya, teman-teman yang mendampinginya, hantu-hantu yang ada di sekitarnya, kemacetan Jakarta, dan bahkan museum di Taman Mini Indonesia Indah. 

Dengan tutur kata yang santai dan kadang diselingin humor, Indra bisa membawa kita menyelami apa yang ia rasakan. Bahkan mengajak kita untuk mendeteksi dan mengingatkan akan pengalaman kita masing-masing. Misalnya di tulisan “Sembilan Ratus Enam Belas Ribu Seratus Lima Puluh Langkah Kaki”. Karena hey, saya juga pernah melakukan hal itu. Kemana-kemana selama sehari dan berhari-hari lainnya, saya menghitung langkah kaki saya ketika berjalan kemanapun. Haaaks. Atau seberapa sering saya menelepon Ibu ketika lewat tengah malam, hanya untuk dibukakan pintu depan yang terkunci karena saya pulang terlalu larut. Atau bahkan tentang kesendirian. Atau bagaimana kita mengumpat karena politisi-politisi yang hobinya melawak. Indra tidak segan untuk menertawakan dirinya sendiri, tanpa harus terlalu merendahkan diri. Dan dengan pengalaman, pendapat, dan daya analisisnya yang nggak cemen, Indra bisa membuktikan bahwa indera-inderanya dipergunakan dengan baik dan otaknya tidak ‘kosong’.  Kalau memang dia butuh pembuktian itu ya. 

Bagian mana yang paling bikin saya ‘terhanyut’? Tentu tulisan-tulisan tentang pertemanan dan keluarga. *die* Benar sih kalau buku ini disebut Curahan Hati Penulis Galau. Karena saya bisa merasakan aura galaunya. Halah. Eh, by the way, galau kan tidak melulu seputar masalah percintaan kan? Karena menurut KBBI, galau itu  sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran). Cusss...

Oh satu hal yang saya kurang suka dari tulisan-tulisan Indra Herlambang: kadang terlalu cepat usai. Hehe. Tapi satu buku “Kicau Kacau” yang 332 halaman ini, lumayanlah nggak cepet-cepet banget.
Kalau semua hal keliatan buruk, jangan-jangan yang salah matanya. (Twitter: @indraherlambang, 18 Oktober 2010)

Cepu, le 6 Septembre 2011

No comments:

Post a Comment