Sudah baca “Kicau Kacau” oleh Indra Herlambang? Saya sudah.
Baru selesai dua detik lalu.
Buku itu adalah kumpulan tulisan Indra Herlambang yang
terpencar di sana-sini. Di buku ini, kita bisa menelusuri bagaimana mulanya
Indra, yang terkenal sebagai host,
bisa menjadi penulis yang handal. Ini pendapat pribadi, karena saya suka
tulisan-tulisannya. Haha.
Tulisan-tulisan yang sempat dimuat di tiga majalah – Free
Magazine, U Magazine, dan ME Asia- itu dikaitkan dengan kicauannya di twitter.
Dan mau bilang apalagi, saya suka twit-twitnya. Witty. Lagi-lagi ini penilaian pribadi. Haha. Sayangnya Indra
seperti menghilang dari dunia per-twitter-an
sejak sebulan silam.
Ketika belum selesai saya membaca buku ini, saya sudah tahu
bahwa saya suka buku ini, selain karena gaya menulisnya yang lugas dan tidak
terlalu ‘tinggi’. Ya, memang kadang otak saya yang sejumput ini suka idiot kalo
disuruh mencerna bacaan-bacaan dengan bahasa yang njelimet dan bikin otak
berasap karena bolak-balik baca satu paragraf.
Di buku ini, Indra mengeksploitasi pengalaman-pengalamannya
dan menunjukkan berbagai sisi dirinya, tidak selalu sebagai orang yang high profile. Dia menjadi human, dengan menunjukkan bahwa dia
memiliki kehidupan yang normal: keluarga yang sangat menyayanginya, teman-teman
yang mendampinginya, hantu-hantu yang ada di sekitarnya, kemacetan Jakarta, dan
bahkan museum di Taman Mini Indonesia Indah.
Dengan tutur kata yang santai dan kadang diselingin humor,
Indra bisa membawa kita menyelami apa yang ia rasakan. Bahkan mengajak kita
untuk mendeteksi dan mengingatkan akan pengalaman kita masing-masing. Misalnya
di tulisan “Sembilan Ratus Enam Belas Ribu Seratus Lima Puluh Langkah Kaki”.
Karena hey, saya juga pernah melakukan hal itu. Kemana-kemana selama sehari dan
berhari-hari lainnya, saya menghitung langkah kaki saya ketika berjalan
kemanapun. Haaaks. Atau seberapa sering saya menelepon Ibu ketika lewat tengah
malam, hanya untuk dibukakan pintu depan yang terkunci karena saya pulang
terlalu larut. Atau bahkan tentang kesendirian. Atau bagaimana kita mengumpat
karena politisi-politisi yang hobinya melawak. Indra tidak segan untuk menertawakan dirinya sendiri, tanpa
harus terlalu merendahkan diri. Dan dengan pengalaman, pendapat, dan daya
analisisnya yang nggak cemen, Indra bisa membuktikan bahwa indera-inderanya
dipergunakan dengan baik dan otaknya tidak ‘kosong’. Kalau memang dia butuh pembuktian itu ya.
Bagian mana yang paling bikin saya ‘terhanyut’? Tentu
tulisan-tulisan tentang pertemanan dan keluarga. *die* Benar sih kalau buku ini
disebut Curahan Hati Penulis Galau. Karena saya bisa merasakan aura galaunya.
Halah. Eh, by the way, galau kan tidak melulu seputar masalah percintaan kan?
Karena menurut KBBI, galau itu sibuk beramai-ramai; ramai sekali; kacau tidak keruan (pikiran). Cusss...
Oh satu hal yang saya kurang suka dari tulisan-tulisan Indra
Herlambang: kadang terlalu cepat usai. Hehe. Tapi satu buku “Kicau Kacau” yang
332 halaman ini, lumayanlah nggak cepet-cepet banget.
Kalau semua hal keliatan buruk, jangan-jangan yang salah
matanya. (Twitter: @indraherlambang, 18 Oktober 2010)
Cepu, le 6 Septembre 2011
No comments:
Post a Comment