Om saya akhirnya menikah. Akhirnya? Ya, setelah 47 tahun
perjalanan hidupnya. Pretty old, huh?
Entah bagaimana mulanya ia memustuskan menikah. Setelah
dekat dengan beberapa perempuan. Beberapa direstui ibunya, tapi ia tidak begitu
sreg. Ada yang sangat sreg, tapi tidak direstui ibunya. Yang ini, dua-duanya
sreg. Dan setelah kematian eyang saya, akhirnya dia menikah.
Dan baru kali ini saya menghadiri pernikahan di Cepu, daerah
asal ibu saya. Saya sempat bingung, karena cukup berbeda bagaimana orang di
sana dan di kota-kota besar ketika mengadakan perayaan pernikahan. Ketika saya
menggunakan kata ‘perayaan’, jangan dikira itu adalah resepsi besar di gedung,
hotel, atau rumah yang biasanya saya hadiri.
Om saya melakukan akad nikah sekira pukul 09.15. Satu jam
kemudian, ‘perayaan’ itu habis sudah. Haha. Memang sih masih ada tamu-tamu yang
datang bergantian hingga malam hari. Tapi setelah tamu-tamu yang datang dari
akad nikah pulang, semua ibu-ibu RT sudah mulai berbenah, membereskan
piring-piring dan lain-lain. Cepat sekali prosesnya.
Sehari sebelumnya, saya mendengar ibu saya berbicara dengan
kakak sepupunya. Ia bertanya, “Piye dadine? Piring terbang atau prasmanan? Tapi
yo wong kene ki urung biasa nek nganggo prasmanan. Ngko dientekno ambek seng
ngarep.”*
Nah, di sinilah perbedaannya, tentang penyajian makanan. Di
Bandung, saya biasa melihat penyajian makanan berupa stand-stand atau
prasmanan. Pramusaji menyajikan beberapa macam makanan dan tamu mengambil
sendiri apa yang ingin dimakan dan tidak mengambil apa yang ia tidak inginkan. Sedangkan
di sini menggunakan cara “piring terbang”. Saya sempat bingung dan bertanya
pada bude saya, apa itu piring terbang?
Ternyata, piring terbang yang ia maksud adalah tuan rumah
menyiapkan piring berisi makanan, nasi dan lauk-pauk dalam satu piring, setelah
piring terisi, baru dibagikan kepada tamu-tamu yang datang. Jadi, tamu yang
datang menerima saja apa yang ada di piringnya. Suka tidak suka, mau tidak mau.
Kalau mau, ya dimakan, kalau tidak, ya disingkirkan saja.
Hooooo.
Bapak-bapak sedang estafet piring terbang pada tamu |
Hooooo.
Om dan Tante (yang baru). God bless them. |
Whatever, Om, may God bless you and your new family. Semoga cepat ada sepupu baru yang bisa diunyel-unyel sama kakak-kakaknya yang blangsak ini. Haha.
A man in love is incomplete until he has married. Then he's finished. - Zsa Zsa Gabor
* "Gimana jadinya? Piring terbang atau prasmanan? Tapi orang sini belum biasa kalau pakai prasmanan. Nanti dihabiskan oleh yang mengambil duluan."
A man in love is incomplete until he has married. Then he's finished. - Zsa Zsa Gabor
Cepu, le 9 Septembre 2011
* "Gimana jadinya? Piring terbang atau prasmanan? Tapi orang sini belum biasa kalau pakai prasmanan. Nanti dihabiskan oleh yang mengambil duluan."
No comments:
Post a Comment