Monday, September 19, 2011

Multiply

Sebelum blog di Blogspot ini, saya sudah punya beberapa jurnal. Satu di Friendster, satu di Blogspot, satu di Multiply, dan satu di Facebook. Draft yang tidak dipublikasikan berujung di lembaran-lembaran buku dan file-file komputer (termasuk laptop yang hilang). Memang sih, saya tidak terlalu rajin menulis dan memublikasikan tulisan-tulisan saya, tapi lumayan banyak sih. Sering juga dibaca-baca lagi dan, alhasil, malah ketawa-ketawa sendiri. Apalagi ketika baca tulisan-tulisan di Multiply. Galau gilaaaaaaaa! Hahahaha.

Multiply, pada masa itu, memang menjadi andalan kami untuk menuangkan pikiran, kebanyakan cuma curhat sih, tapi ada juga yang sedikit 'berisi'. Kemudian ketika kami sedang sibuk dengan kuliah, akun-akun itu sedikit terlupakan. Dan makin lama, apalagi ketika kebanyakan dari kami hijrah ke blogspot dan Multiply menjadi situs jual beli, semakin sedikit yang bertahan di Multiply. Tapi kami sepakat untuk tidak menutup akun itu. Lumayan untuk dibaca-baca lagi, galau lagi, kenang-kenangan, dan tertawa ketika baca komentar-komentar yang menyertai tulisan-tulisan yang dimuat di sana. Betapa Multiply menjadi salah satu saksi atas satu part hidup kami yang ya-gitu-deh.

Saya baru sadar, kalau dulu saya menulis lebih lepas. Bodo amat orang mau komentar apa, bagus atau tidak, cheesy atau tidak, yang penting ditulis dan di-post. Berbeda dengan sekarang yang lebih menggunakan pertimbangan. Pertimbangan apa? Padahal isi blog-nya juga hampir sama, gitu-gitu aja. :p

Ini contoh tulisan-tulisan beberapa tahun silam yang saya salin dari Multiply:


Hari ini dingin. Hujan semalam hanya menyisakan kabut di pagi hari.

Kamu datang dan pergi seperti kabut itu, sayang.
Cepat sekali pergimu
Seperti awan yang dinaiki oleh Go Han untuk mencari dragon ball
Kamu tahu TGV di Perancis? Nah, itu seperti kamu
Kamu tidak pernah duduk diam
Menghabiskan kopi hitam yang aku buat untukmu
Kamu terlalu sibuk menyambangi waktu di luar sana
Lalu kamu datang lagi, dengan rutinitas yang sama
Dan aku, selalu saja kalah langkah
Aku masih duduk diam menghabiskan teh mint-ku
merentang harap yang kenapa masih ada

Lalu senyap. Padahal ada burung bersenandung. 


Aku Juga Wanita Egois

Aku bersimpuh di bawah purnama malam ini. Dengan keangkuhannya, ia biarkan aku menghamba saja padanya. Kuakui, dari bumi nan jauh ini, ia terlihat cantik. Maka aku relakan diriku untuk juga menghamba padanya, benar-benar.

Kuresapi rasa dengan khidmat. Kuarungi kalbu sejauh aku bisa. Dan tersungkurlah aku dalam rindu. Dalam hina. Aku menangis sejadi-jadinya dalam sunyi. Tak ada air asin yang jatuh, pipiku kering.

Aku menyadari kekalah yang memang harus aku terima. Aku menyadari beban yang hadir karena kesalahanku. Aku menyadari segala sunyi yang harus aku tempuh sendiri. Aku bernyanyi nada minor dengan lirih. Aku susun bait-bait liris untuk merayakan sedih. Aku merajut sendiri hancurku. Aku merangkai sendiri kehancuranku. Aku memindai kehilanganku yang nyata. Aku melepaskanmu dengan rela : berjalanlah kau sejauh Batara Bayu akan membawamu. Ini inginku.

Dan aku tahu, itu semua baik. Baik untukku.


Itu hanya dua contoh sih. Kalau nggak ada kerjaan dan butuh tulisan untuk ketawa-ketawa, bolehlah kunjungi Multiply saya. :D

Bandung, le 13 Septembre 2011

No comments:

Post a Comment