How far can you go?
Bukan, maksudnya bukan tentang sejauh mana kita bisa melangkah, memaksimalkan
diri kita. Tapi sejauh mana kita bisa meninggalkan diri kita atas semua
perubahan yang mungkin terjadi?
Seorang teman bertanya dalam akun Twitter-nya, “Pernahkah
kamu merindukan dirimu yang dulu?”. It caught me in the right time. Ia
mengungkapkan apa yang juga saya pertanyakan sedetik sebelum saya melihat
tweet-nya tersebut. Saya lega saya tidak sendirian. Tidak sendirian berubah,
tidak sendirian mempertanyakannya, tidak sendirian merindukan sesuatu yang
pernah singgah.
Sejak lulus dari SMA, saya selalu merasa sebagai orang yang
tidak berubah. Saya tetaplah saya, hanya saja berbeda kemasan. Dulu pakai
seragam putih abu, sekarang lebih sering pakai t-shirt yang nyaman dipakai dan
jeans. Tentu saja yang satu itu berubah, karena kuliah memang tidak mewajibkan
saya pakai seragam ‘kan? Hah.
Tapi maksudnya, lebih dalam dari perihal seragam, saya tidak
menyadari diri saya berubah. Saya menganggap orang lain lebih memiliki
perubahan yang signifikan dari saya. Dari pemikiran, gaya berbusana, gaya
bicara, prinsip, dan lain-lain. Baik atau buruk? Relatif. Tapi seharusnya
perubahan itu sendiri adalah hal yang baik karena tidak memerangkap kita dalam
satu fase saja. Masalah berubah ke arah yang baik atau buruk? Ya itu yang
relatif.
Saya menolak mengatakan diri saya berubah. Saya pikir, hidup
saya ya begitu-begitu saja, tidak ada pencapaian yang berarti. Cuma kuliah,
volunteer sana-sini, cekakakan di belakang gedung satu, begini begitu. Berbeda
dengan teman-teman saya yang sepertinya begini begitu begini begitu, begini
lagi, begitu lagi. Sekolah di sini, kerja di sini, pindah ke sini, dan pindah
ke sana. Pokoknya, perubahannya itu nyata terlihat.
Namun, semakin larut saya dalam hening, semakin saya
bertanya ‘jangan-jangan justru saya yang sangat banyak berubah?’. Ya saya tahu,
seharusnya perubahan itu memang telak terjadi. Tidak ada ‘ketika’ yang persis
sama toh? Dan tentu, kita tidak bisa memaksakan semuanya terus sama ‘kan?
Seperti kata orang bijak, yang tetap dari perubahan adalah perubahan itu sendiri.
Apa yang berubah dari saya? Tentu banyak yang menyadari.
Kebiasaan, pola hidup, pemikiran, pandangan, prinsip, dan beberapa hal lainnya.
A lot, eh? Dan saya tidak bisa mengatakan semuanya itu baik buat saya. But I’m
working on it, I try to define what’s good to me, and what’s not. There’s still
a line. Ada fase-fase yang saya rasa membuat saya harus berubah agar saya
belajar. Dan bukan tidak mungkin, selanjutnya saya akan tinggalkan perubahan
itu. Kembali pada saya yang dulu atau berubah lagi ke arah lain. Semacam labil?
Hahaha.
Kadang saya takut saya terlalu jauh dari saya yang dahulu,
dengan prinsip-prinsip tertentu yang saya pegang. Namun, saya tahu bahwa
orang-orang sekitar saya begitu bijak untuk membiarkan saya berubah dan juga
tetap menjadi pengingat saya agar tidak berubah terlalu jauh. In a mean time,
we all are change, right?
Maaf capruk! :))
Bandung, le 19 Septembre 2011
No comments:
Post a Comment