Sunday, September 4, 2011

Tisu Gulung vs Sebotol Minuman


Pernah nggak ya saya menyela antrian? Pertanyaan itu terus ada di otak saya sejak tadi siang.

Sebelum pertanyaan itu berputar-putar bikin penasaran, saya beli sebotol minuman dingin di Indomaret dekat rumah. Hanya sebotol. Lalu saya mengantri untuk membayar, kebetulan di depan saya ada seorang laki-laki yang masih melakukan transaksi dengan mbak kasir. Sambil melayani laki-laki itu, mbak kasir itu memandang ke arah saya dan melihat apa yang saya beli. Oke.

Kira-kira dua detik sebelum giliran saya membayar, ada seorang ibu yang membeli satu gulung tisu dan menyela antrian. Mbak kasir lalu melayani si ibu terlebih dahulu daripada saya. D'oh sekali deh kejadian itu. Setelah si ibu selesai melakukan transaksi dan tiba giliran saya, saya lalu bilang sama mbak yang sepertinya masih baru di cabang ini, "Mbak, tadi saya duluah lho yang ngantri."

"Oh ya? Maaf nggak lihat," jawab mbak itu. Dan saya tetiba ingin ngobrak-abrik Indomaret itu dan membawa pulang semua barang yang ada di sana. *mental gratisan. haha*

Seharusnya saya memang bilang pada ibu itu untuk tidak menyela antrian. Tapi saya pikir, mbak kasir itu sudah melihat saya lebih dulu ada di situ daripada ibu bekerudung ungu dengan tisu di tangannya. Saya pikir, walaupun ibu itu menyela antrian saya, mbak kasir akan dengan bijak bilang, "Maaf, Bu, tolong mengantri." Dan mempersilakan saya membayar minuman saya terlebih dahulu. Memang kita tidak bisa mengandalkan orang lain ya?

Tapi pikiran saya salah. Jadilah tadi siang saya berpikir, pernahkah saya menyela antrian orang lain? Karena jika pernah, saya pasti sudah dikutuk karena disela ketika mengantri itu rasanya tidak enak, penonton! Kesal. Dongkol. Dan ingin membawa pulang semua barang di toko itu. *tetep* 

Seperti kata Bang Napi, kejahatan itu terjadi juga karena ada kesempatan. Nah, kali ini, mbak kasir memberi kesempatan pada ibu berkerudung ungu untuk menyela antrian saya. Begitukah, Mbak? Hah? Hah? Hah? #drama

Dari pengalaman itu, saya semakin sadar kalau antrian itu, misalnya di Indonesia, kadang-kadang tidak berpengaruh. Masih ingat dengan kisruh penjualan tiket pertandingan bola kan? Makanya Gerakan Disiplin Nasional (GDN) hanya marak beberapa tahun saja. Itupun tidak terimplementasi dengan baik. Buktinya saya masih suka-suka menyeberang tanpa jembatan penyeberangan. Hehe. kejadian tadi siang itu karma mungkin, ya?

Eh, tapi saya jadi penasaran ingin coba menyela antrian. *dilempar tisu gulung*

Bandung, le 4 Septembre 2011


2 comments:

  1. iya diah, aku yakin banget itu salah mbak kasir, soalnya biasanya mbak kasir pasti bilang 'maaf bu/pak yang belakang duluan' gituuuuu *ketauan suka nyerobot* buahahahaha

    ReplyDelete
  2. ah astii, aku senang loh ada yang setuju denganku. ahahaha. cups.

    ReplyDelete